Sejarah Nasi Jamblang
Hadirnya Nasi Jamblang tidak terlepas dari pembangunan Pabrik Gula Gembol pada tahun 1847 dan pembangunan Spirtus tahun 1883, pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda.
Pada saat itu, pabrik tersebut banyak menyerap tenaga kerja orang pribumi.
Mereka bekerja sebagai kuli bangunan dan buruh pabrik.
Seorang pengusaha pribumi sukses, H Abdulah Latief, sering meminta istrinya, Nyonya Tan Piaw Lung atau yang akrab disapa Mbah Pulung, untuk menyedikan sarapan berupa nasi dan lauk pauk secukupnya yang dibungkus daun jati untuk para buruh pabrik sebagai sedekah.
Selain itu, nasi dan lauk tersebut itu juga diberikan kepada para pekerja yang ditugaskan membangun jalan di pesisir utara Jawa.
Baca Juga: Resep #KemilauKulinerIndonesia: Resep Semur Daging Betawi, Hidangan Nikmat Khas Betawi
Para pekerja kehabisan bekal akibat nasi yang mereka bawa justru basi.
Makanan itu biasa disediakan untuk sarapan dan makan siang.
Dari situlah, permintaan nasi dan lauk pauk tersebut semakin banyak. Bahkan, mereka rela merogoh kocek demi menyantap nasi tersebut.
Setelah itu, mulailah Mbah Pulung menerima pesanan nasi dengan lauk pauk tersebut di rumahnya di Blok Ceng Kang Barat dan diantar ke pabrik.
Nasi Jamblang yang dibungkus dengan daun jati pun memiliki alasan tersendiri.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.