Pasalnya, istilah “pelakor” menempatkan laki-laki sebagai pelaku yang tidak berdaya dan bisa direbut.
Baca Juga: Dikira Paling Setia, 5 Zodiak ini Ternyata Doyan Selingkuh, No.1 Bikin Semua Geleng-geleng Kepala
Padahal semua orang yang memilih untuk selingkuh secara sadar memilih untuk melakukan tindakan buruk tersebut.
Baik laki-laki maupun perempuan, semuanya punya peran bersalah ketika mereka memutuskan untuk berselingkuh.
“Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menyalahkan pelakor seorang menunjukkan bias negatif kita terhadap perempuan, dan pada saat yang sama mengglorifikasi laki-laki. Dalam kasus perselingkuhan, tampaknya masyarakat Indonesia masih menerapkan bias jender,” tulis Nelly.
Harti pun berpendapat sama.
Dalam wawancaranya untuk artikel Kompas.com, Kamis (8/3/2018), Harti menegaskan bahwa perselingkuhan merupakan tindak kekerasan terhadap perempuan.
Sayangnya, masyarakat melupakan hal tersebut.
"Perempuan mendapat stigma berkali-kali lipat, sementara laki-laki yang harus bertanggung jawab terhadap perilaku kekerasannya itu tidak mendapatkan perhatian yang serius dari masyarakat," kata Harti.
Sayangnya, pernah ada kasus perselingkuhan artis Arzeti Biblina dengan seorang laki-laki.
Ketika berita ini muncul, namanya pun tidak disebut dan hanya memberikan keterangan anggota TNI.
Padahal kasusnya juga sama-sama selingkuh lho.
Bagaimanapun perselingkuhan sebenarnya adalah kesalahan dari dua pihak dan harusnya tidak terjadi ketimpangan dan pembedaan diantara selingkuhan maupun orang yang selingkuh karena keduanya sama-sama membawa dampak buruk bagi korban.