Baca Juga: Anti Kempes dan Keras, Begini Trik Menyimpan Croissant untuk Stok Sarapan Seminggu
Kendati demikian, Wijana mengatakan, beberapa masyarakat masih mengucapkannya sesuai Bahasa Prancis karena prestise saja.
Menurut Wijaya, penyerapan bahasa asing ke Bahasa Indonesia sulit ditemui konsistensinya.
"Masalah cara penyerapan sendiri masih sangat kacau," terangnya.
"Dari segi caranya misalnya, object diserap menjadi objek, tapi project menjadi proyek," imbuh Wijaya.
Ketidakkonsistenan itu, kata Wijaya, disebabkan oleh banyaknya kata asing yang diserap ke Bahasa Indonesia.
Meskipun begitu, Bahasa Indonesia sendiri telah memiliki aturan atau kaidah penyerapan bahasa asing ke Bahasa Indonesia.
Terpisah, pemerhati Bahasa Indonesia sekaligus Direktur Utama Narabahasa Ivan Lanin mengungkapnya, cara baca croissant sesuai dengan pelafalan Bahasa Indonesia.
"Kita mengucapkan kata sesuai dengan pelafalan bahasa kita: kro-i-san," ucapnya.
Ivan menjelaskan, ketika suatu kata sudah diserap, maka pelafalan kata itu mengikuti kaidah pengucapan bahasa yang menyerapnya.
Sementara itu, dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Dwi Susanto mengatakan, pelafalan croissant bergantung pada bahasa yang digunakan.
"Kalau tulisannya masih dalam Bahasa Prancis, maka dibaca dengan Bahasa Prancis (kwasong)," ucapnya.
Sebaliknya, jika tulisannya sudah diserap oleh KBBI, Dwi berkata, cara membacanya menggunakan aturan Bahasa Indonesia (kroisan).
Jadi Sase lovers lebih suka mana untuk penyebutan croissant?
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kroisan atau Kwasong, Bagaimana Cara Baca Roti Croissant?"