Terpisah, ahli gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan juga menyebutkan, jika tempe sebaiknya dimakan dalam kondisi matang.
"Pada dasarnya (bahan) pangan yang harus diproses matang, harus dikonsumsi matang bukan mentah karena risiko mikroba di dalamnya yang bisa mengganggu kesehatan," jelasnya.
Ali menyarankan, masyarakat untuk merebus atau menggoreng tempe tersebut sebelum mengonsumsinya untuk mengurangi potensi cemaran mikroba.
Mikroba dari luar dapat mengontaminasi tempe karena dalam proses pembuatannya tidak higienis ataupun lapisan pembungkusnya tidak bersih.
Di sisi lain, pakar gizi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Toto Sudargo mengungkapkan, beberapa jenis bahan makanan memang perlu melalui proses pengolahan sebelum dikonsumsi.
"Sehingga bahan makanan tersebut mudah dicerna, aman, dan rasanya menjadi enak," kata dia.
Menurut Toto, tempe akan lebih mudah dicerna protein nabatinya setelah melalui pengolahan sampai matang.
Rasanya juga lebih enak ketika dimakan matang daripada mentah.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Anggrahini mengatakan, jamur pada tempe mentah tidak berbahaya.
"Ya, aman dikonsumsi karena jamur yang tumbuh tidak memproduksi toksin," terangnya.
Menurut Sri, tempe bisa dikonsumsi mentah atau tanpa diolah.
Namun, dia melarang tempe bongkrek dimakan mentah sebab bisa menjadi racun.
Tempe bongkrek sering juga disebut tembeu gembus, atau gembuk.
Tempe jenis ini terbuat dari ampas kelapa parut yang difermentasi sehingga memiliki warna hijau tua.
"Tempe bongkrek yang tidak jadi itu beracun," tuturnya.