Arti Grebeg Sudiro
Layaknya upacara adat serupa di Jawa, istilah Grebeg Sudiro juga memiliki arti tersendiri.
Adapun nama Grebeg Sudiro diambil dari istilah Grebeg atau gumrebeg yang artinya riuh atau keramain, yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan.
Sedangkan Sudiro, diambil dari nama kelurahan lokasi Kampung Balong yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa yakni Sudiroprajan.
Keunikan Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro menjadi tradisi Imlek di Indonesia yang terbilang cukup menarik dan unik. Hal ini karena adanya proses akulturasi yang harmonis antara budaya Jawa dengan budaya masyarakat Tionghoa.
Dilansir dari laman indonesia.travel, salah satu wujud akulturasi tersebut hadir dalam bentuk gunungan. Apabila biasanya gunungan berisi hasil bumi, maka gunungan pada tradisi Grebeg Sudiro akan berisi kue keranjang, penganan khas dalam tradisi Imlek.
Ada pula gunungan kecil yang berisi kue tradisional lain mulai dari cakwe, janglut, bakpao, onde-onde, gembukan, keleman, dan lain sebagainya.
Gunungan ini dan beberapa gunungan lainnya biasanya akan diarak bersamaan dengan parade kesenian dan budaya Tionghoa dan budaya Jawa, untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Selain itu, jalanan di sekitar Pasar Gede juga biasanya akan dihias dengan lentera khas Imlek yang akan semakin membuat semarak suasana.
Pelaksanaan Grebeg Sudiro 2024
Kemeriahan Grebeg Sudiro memang menjadi ciri khas perayaan Imlek di Kota Solo yang mampu menjadi daya tarik wisatawan.
Setelah sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, Grebeg Sudiro kembali dihelat di tahun 2023 lalu dan di tahun 2024 ini.
Dilansir dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, Grebeg Sudiro tahun 2024 bertajuk "Bersatu dalam Kebhinekaan" yang digelar mulai 27 Januari hingga 10 Februari.
Dengan diawali acara umbul mantram pada 27 Januari, bazar potensi dan perahu wisata dari 28 Januari hingga 10 Februari, dan karnaval budaya pada 4 Februari.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Grebeg Sudiro, Kemeriahan Tradisi Perayaan Imlek Khas Kota Solo