Mengisi liburan anak sekolah tentu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya mengajak anak-anak mengenal dunia dapur melalui berbagai kegiatan seperti memasak dan cooking tur. Tentunya dalam versi anak-anak. Kelas liburan ini ditawarkan oleh Fuji Astuti (36), pendiri Dapur Anak. Di sini Fuji tak sekedar mengajarkan anak-anak mengolah makanan. Ia mengajak anak-anak mengenal bumbu, dan belajar mengolah aneka bahan yang ada di kulkas agar bisa dikreasikan sendiri di rumah. “Saya melihat anak-anak lebih suka jajan di rumah ketimbang menikmati makanan di rumah,” tutur Fuji, ibu beranak 2 lulusan Akademi Pariwisata Nasional jurusan Pehotelan ini mantap. Kesibukan para ibu di kota besar menuntut anak terbiasa membeli makanan di restoran hingga makanan serba instan. Keprihatinan inilah yang membuat Fuji mendirikan kids cooking class yang atraktif dan menyenangkan untuk anak berusia 5 sampai 12 tahun. Fuji merancang kurikulumnya dengan cermat hingga di setiap kelas usia anak, materi yang didapatkan tepat dan bisa ditangkap serta dipraktekkan oleh anak sendiri. Tak tanggung-tanggung selain mengenal dan mengupas bumbu, Fuji bahkan mengajarkan pada anak-anak cara mengulek dengan cobek hingga menanak nasi. Ia juga mengajarkan cara megoles roti yang benar, cara menaruhnya ke dalam toaster, merebus dan mengupas telur, dan cara mengolah aneka masakan Indonesia pada anak-anak. Ajak anak cooking tour Setiap kelas berlangsung dengan minimal terkumpul 8 anak. Kelas yang dibuka seminggu satu kali ini biasaya berlangsung selama 2 sampai 2,5 jam dengan berbagai tema. Misalnya happy weekend cooking, cooking exploration, east meet west, fruit &veggie garden, dan masih banyak lagi. Khusus kelas liburan, Fuji biasanya menggelar antara bulan Juni sampai Juli dan Desember hingga Januari. Dalam kelas liburan ini, biasanya ia menyelipkan agenda cooing tour bersama anak-anak ke berbagai tujuan seperti melihat pabrik susu, pembuatan sosis, dan masih banyak lagi. Khusus “one day class” di masa liburan sekolah, Dapur Anak juga mengajak anak-anak melakukan kegitan yang menyenangkan seperi membuat mini tumpeng dan menghias tumpeng. Di kelas anak, Fuji melakukan pendekatan psikologis khusus saat mengajar sehingga tidak menjadi beban dan terasa menyenangkan bagi anak-anak. “Taking care pada anak-anak juga harus tinggi, misalnya mengantar saat mereka mau buang air kecil, atau memotivasi rasa putus asa anak saat hasil masakannya gosong” tukas Fuji. Ia juga menghindari bahan-bahan tertentu seperti penggunaan seafood, soda, dan bebas MSG untuk menjaga jenis alergi dan bahan berbahaya bagi anak.Fuji tak sekedar mengajak anak bisa memasak. Ia juga mengarahkan kreatifitas anak untuk berlatih mengolah bahan terbatas yang tersedia di kulkas kala di rumah tak ada makanan mslanya. “Jadi tidak perlu beli jajan terus,” paparnya. Bagian tersulit, menurut Fuji adalah mengubah mindset pentingnya mengajar masak untuk anao-anak pada orang tuanya. Tak heran kelasnya lebih laris di kalangan ekspatriat ketimbang sekolah lokal karena mindset orang tua kebanyakan menjaga anak menjauhi dapur karena dianggap wilayah ini cukup berbahaya. Padahal dnegan memperkenalkan dengan baik pada anak, wilayah dapur ini sarat kreatifitas dan ilmu,” paparnya.Fuji mendirikan Dapur Anak pada tahun 2008. Sejak usia 5 tahun Fuji sudah turun ke dapur hingga akhirnya ia memlih bidang perhotelan selepas SMA. Fuji pernah menangani sebuah kids club di resto ternama hingga akhirnya memberi inspirasi bagi istri Awaludin (37) ini untuk mendirikan Dapur Anak.
Dapur AnakJl Kapt Tendean Kav POLRI Pondok Karya Blok B 8 Mampang Jakarta Selatan (021) 998 40865/92333754