Bisnis ini dimulai dengan sederhana. Sang suami, sangat suka cendol. Namun wanita yang akrab disapa Mee Mee ini awalnya hanya membuat untuk disajikan saat ada acara kumpul dengan teman-temannya. “Ternyata semua suka, dan menyarankan untuk dijual,” kisahnya. Mee Mee tertarik dengan ide itu. Namun ia tak ingin cendolnya hanya sekadar minuman yang dijajakan di gerai kaki lima biasa. Ia dan suami memformulasi sebuah konsep agar bisnis cendol yang hendak dijalankan bisa dijual hingga ke luar kota. “Bahkan target saya, cendol ini nanti bisa go international,” cetusnya bersemangat. Butuh 7 bulan untuk merumuskan beberapa hal, mulai dari resep cendol yang oke, cara distribusi, sistem kemitraan, dan tentu saja keamanan konsumsinya. Mee Mee sangat peduli dengan keamanan konsumsi cendolnya sehingga ia memproduksi cendol tanpa pewarna, pemanis buatan, atau zat pengawet. “Masa konsumsi juga saya batasi hanya dua hari sejak diproduksi karena murni tanpa pengawet,” tambahnya. Untuk cendol, pewarna hanya menggunakan daun suji. Ia bahkan sudah memiliki kebun pohon suji sendiri untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Sementara pemanisnya menggunakan gula aren. Khusus santan, ada perlakuan khusus. Santan tidak diproses melalui pemanasan karena akan merusak strukturnya. Mee Mee hanya menggunakan air matang yang dicampur dengan kelapa parut untuk memeras santannya. Setelah itu, santan didinginkan dan bisa dijual selama 2 hari saja. “Sebenarnya bisa tahan hingga lima hari, tapi saya syaratkan maksimal dua hari saja,” imbuhnya. Saat ini ia memproduksi cendol orginal, nangka, kacang merah, durian, float (es krim), jahe, dan kurma. Untuk membuat standarisasi rasa, Mee Mee juga membungkus semua bahan satu per satu, baik cendol, santan, gula, maupun topingnya. “Selain agar standar rasanya terjaga, juga porsinya pas. Jadi penjual pun lebih mudah menjualnya tanpa perlu menakar setiap porsi,” jelasnya. Usahanya yang dirintis tahun 2007 sudah tersebar lebih dari 50 gerai di beberapa kota, mulai dari Jabodetabek, Bandung, hingga Semarang. Bahkan khusus di Semarang sudah memiliki pabrik sendiri. Mee Mee menyediakan paket kemitraan dengan tarif Rp 4,5 juta – Rp 6 juta. Dalam sehari, kini ia mampu memproduksi hingga 1.000 porsi cendol dengan jumlah karyawan mencapai 40 orang. “Setiap tahun, pesanan selalu meningkat untuk buka puasa, dan juga Lebaran,” tutupnya.