CEGAH KANKER MULAI DARI DAPUR (2)

By retno, Rabu, 15 April 2015 | 17:00 WIB
CEGAH KANKER MULAI DARI DAPUR (2) (retno)

Selain beberapa jenis bahan pangan yang sebaiknya diminimalkan konsumsinya karena mungkin dalam jangka panjang bisa menjadi pemicu kanker wadah makanan ada baiknya juga diperhatikan:

Di dapur dan meja makan, kita hampir tidak mungkin menghindari wadah plastik. Masing-masing jenis plastik dibuat dari materi yang berbeda, ada yang karsinogenik, ada pula yang tidak. Tapi secara umum kita tidak dianjurkan menggunakan wadah plastik untuk dipanaskan. Sebab, dalam suhu tinggi materi pembuat plastik yang toksik seperti bisfenol A, ftalat, dioksin, dsb. bisa luruh ke dalam makanan. Untuk wadah panas sebaiknya kita menggunakan yang berbahan keramik, gelas, atau baja tahan karat. Jika kita hendak memasukkan makanan atau minuman yang masih panas ke dalam wadah plastik, biarkan suhunya turun lebih dulu baru dimasukkan ke dalam wadah. 

Dalam makanan atau minuman olahan, bahan tambahan ini bisa berupa pengawet, pewarna, perasa, pemanis, pengental, pengenyal, pengemulsi, dan sebagainya. Sebetulnya, sebagian besar bahan tambahan pangan yang digunakan di makanan-makanan pabrik yang biasa kita konsumsi itu termasuk kategori aman. Masalahnya, ketika kita banyak sekali mengonsumsi makanan olahan pabrik, kita tidak tahu efek kumulatifnya dalam jangka panjang. Karena itu, demi pertimbangan kesehatan, sebaiknya kita lebih banyak mengonsumsi makanan segar dan makanan yang kita olah sendiri daripada makanan awetan olahan pabrik. 

Sebagian peneliti menemukan adanya hubungan antara kanker saluran cerna bagian atas dengan kebiasaan minum minuman yang masih sangat panas, di atas 70 derajat Celcius. Pendapat ini sebetulnya masih diperdebatkan tetapi Badan Kesehatan Dunia WHO memilih jalan aman dengan menganjurkan kita menjauhi kebiasaan makan atau minum panas. Karena itu, kalau kita hendak menikmati teh, kopi, bakso, atau soto, sebaiknya tunggu sampai suhunya hangat lebih dulu baru dilahap. Dalam hal ini, “hangat” adalah suhu di bawah 50 derajat Celcius. Air mendidih yang dituang ke dalam gelas kira-kira membutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk mencapai suhu ini.

Ini terutama terkait dengan kanker usus besar. Kalau kita kekurangan serat, kita akan lebih sering mengalami sembelit. Makin lama ampas makanan tertahan di usus, makin besar kemungkinan dinding usus berkontak dengan toksin yang mestinya harus segera dibuang. Jika berlangsung kronis, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kanker usus besar.Untuk mencegahnya, kita sangat dianjurkan banyak makan sayur dan buah. Selain memberi manfaat antisembelit, sayur dan buah juga mengandung vitamin dan antioksidan. Di dalam buah dan sayur terdapat vitamin A, C, E, likopen, betakaroten, antosianin, juga berbagai mineral yang sudah terbukti bisa menurunkan risiko kanker secara umum. Zat-zat nutrisi ini harus kita dapatkan dari sumber nabati, tidak bisa diganti lewat suplemen. Dalam bentuk suplemen, bisa saja efeknya justru berkebalikan. Contohnya adalah betakaroten. Bahan antioksidan ini banyak terdapat di dalam sayur dan buah-buahan yang berwarna oranye. Di dalam tubuh, betakaroten berfungsi sebagai antioksidan yang menurunkan kemungkinan kanker. Logikanya, suplemen yang berisi betakatoten pun mestinya memiliki manfaat yang sama. Nyatanya, penelitian membuktikan sebaliknya. Konsumsi suplemen betakaroten dalam dosis tinggi justru meningkatkan peluang kanker pada perokok.Hal yang sama juga terjadi pada kalsium. Orang yang tercukupi kebutuhan kalsiumnya memiliki risiko lebih kecil terkena kanker. Akan tetapi, pria yang terus-menerus minum suplemen kalsium dosis tinggi justru memiliki peluang lebih tinggi terkena kanker prostat. Ini sekali lagi membuktikan bahwa zat gizi jauh lebih baik dicukupi lewat makanan, bukannya dari suplemen. Jika kita khawatir dengan residu pestisida di buah dan sayuran, kita bisa mencuci dan membilasnya sampai bersih sebelum mengonsumsinya.