Sempat diperdebatkan
Kini, pebisnis lokal kembali menghidupkan industri mi instan.
Meski semua label kemasan ditulis dalam bahasa Arab, namun ciri khas merek Indomie tetap menonjol.
Baca Juga : Ini 15 Negara Di Dunia yang Paling Hobi Makan Mi Instan, Indonesia Termasuk?
Mereka yang familiar dengan merek mi instan ini akan dengan cepat menebak itu produk khas Indonesia.
Kisah Indomie di Suriah menurut Lion Fikyanto juga tak lepas dari kontroversial.
Soal isu halal dan kesehatan pernah viral bahkan sempat menimbulkan kisah lucu.
Antara lain soal mi yang berbalut pengawet lilin dan menggunakan minyak babi.
"Beberapa teman Suriah ada yang ragu, dan bertabayun dengan saya. Tentu sebagai WNI dan penggemar mi instan, saya bicara apa adanya," jelas pemuda asal Lampung ini.
"Saya selalu bilang, saya sudah bertahun-tahun konsumsi mi ini, dan alhamdulillah masih sehat," kata Lion kepada sohib-sohib lokalnya di Damaskus. "Tentu saya ingatkan jangan mengonsumsi berlebihan dalam sehari," sambungnya.
"Kata saya kepada mereka, segala sesuatu jika berlebihan muncul mudharatnya. Mereka manggut- manggut," ujar mahasiswa yang sudah tujuh tahun tak pulang ke Indonesia ini.
Lion Fikyanto termasuk salah seorang warga Indonesia yang bertahan di Damaskus selama perang brutal di negeri itu.
Menurut Lion, sejak menghilang pada 2014, Indomie membuat umat penggemarnya begitu merana.
Kondisi yang semakin membaik, warga Suriah bisa dengan lega menikmati mi instan.