SajianSedap.com - Seiring dengan berakhirnya covid 19, perusahaan memang mulai mengembalikan kebijakan WFO atau kerja dari kantor.
Padahal seperti kita tahu, dua tahun belakangan banyak karyawan yang menikmati indahnya WFH atau kerja dari rumah.
Nah imbas kebijakan WFO ini pun sampai bikin jalanan Jakarta kembali macet parah, lo.
Bahkan ada jutaan orang yang menandatangani kebijakan supaya Pemerintah kembali memberlakukan WFH supaya kemacetan bisa terurai.
Ternyata hal yang sama juga dialami saudara kita di Malaysia.
Parahnya, kemacetan akibat WFO sampai bikin para karyawan tidur di mobil.
Waduh!
Lalu lintas di Lembah Klang misalnya diketahui begitu padat seperti dilansir dari World Of Buzz.
Beberapa orang menggunakan transportasi umum untuk menghindari lalu lintas yang padat.
Beberapa lainnya meninggalkan rumah pagi-pagi sekali untuk mencapai tempat kerja dan tidur di dalam mobil sebelum jam kerja mereka.
Trend tidur di dalam mobil terbukti menjadi kebiasaan banyak orang Malaysia ketika baru-baru ini, seorang Malaysia bernama Edd membagikan cuplikan artikel surat kabar yang menyoroti masalah tersebut.
Menurut artikel tersebut, banyak orang Malaysia yang keluar rumah sejak jam 5 pagi dan tidur di dalam mobil sampai jam 9 pagi.
"Semua kerepotan ini hanya untuk menghindari lalu lintas yang padat di Lembah Klang, dan kami yakin banyak orang Malaysia, terutama mereka yang mengemudi ke tempat kerja setiap hari, dapat merasakan “kegilaan” ini.", kata Edd.
Berbicara kepada WORLD OF BUZZ, Edd mengatakan bahwa dia dulu mengalami kerumitan yang sama hanya untuk menghindari lalu lintas.
“Saya biasa berangkat dari rumah jam 6:45 pagi. Ketika saya sampai di kantor saya pada jam 8, saya akan tidur selama 45 menit.”
Edd meninggalkan rumahnya di Shah Alam sebelum matahari terbit dan membutuhkan waktu 75 menit untuk mencapai kantornya di Kuala Lumpur.
Edd juga memberi tahu WORLD OF BUZZ bahwa dia sangat percaya pada pengaturan kerja hybrid, di mana karyawan diizinkan untuk bekerja dari jarak jauh, termasuk dari rumah mereka sendiri.
“Saya bekerja dari rumah sekarang, dan saya tidak dapat menyangkal bagaimana hal itu meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup saya.”
“Kembalikan WFH!”
Sementara itu, banyak warga Malaysia di kolom komentar juga mengungkapkan keinginan mereka, sekali lagi, untuk bekerja dari rumah.
Hybrid working sudah menjadi praktik di banyak perusahaan sejak pandemi untuk menekan penyebaran virus Covid-19.
Namun, karena transisi ke endemisitas telah mengalami penurunan besar dalam kasus Covid-19 yang dilaporkan, banyak perusahaan mendesak karyawan untuk kembali ke kantor.
Baca Juga: Cara Membersihkan Tumpahan Makanan dari Jok Mobil, Gak Cukup Kalau Cuma Pakai Tisu
“Dorong WFH, ini solusi efektif yang banyak ditolak. Itu sama saja karena Anda melakukan pekerjaan Anda dengan laptop Anda. Apa motif pergi ke kantor sih? Sangat merindukan kehidupan sebelum Covid?"
Netizen lain menunjukkan bahwa lebih mudah untuk pergi bekerja dengan mengendarai sepeda motor.
“Kemacetan dari Bangi/Kajang ke Puchong/Shah Alam di pagi hari tidak ada obatnya kecuali naik angkutan umum atau naik sepeda motor. Saya membutuhkan waktu 30 menit untuk menempuh jarak 33 KM dengan sepeda motor.”
“Saya butuh waktu sekitar 75 menit untuk berkendara dari Kajang ke KL, solusinya seperti yang disebutkan di artikel surat kabar. Tinggalkan rumah lebih awal, tidurlah di dalam mobil dan jam 10 menit sebelum giliran kerja Anda. Dan kemudian, keluar jam 10 malam. Perbudakan yang benar-benar modern.”
Meskipun ini mungkin berhasil untuk melewati lalu lintas, tidur di mobil Anda dengan mesin menyala tidak dianjurkan karena dapat membahayakan kesehatan Anda.
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono buka suara terhadap beredarnya petisi online untuk mengembalikan sistem bekerja dari rumah (work from home/WFH).
Petisi online ini dibuat di laman Change.org oleh seorang warga bernama Riwaty Sidabutar, dan telah mendapat dukungan luas.
Heru mengaku akan memikirkan kembali soal penerapan WFH bagi para karyawan di Ibu Kota.
"Ya, nanti kami pikirkan ya," ucapnya di Balai Kota DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (5/1/2023).
Meski demikian, Heru menekankan, penerapan WFH sejatinya merupakan kebijakan kantor masing-masing.
Ia mencontohkan, ada kantor di wilayah Jakarta Selatan yang menerapkan WFH lantaran di sekitar gedung kantornya kebanjiran.
Baca Juga: 6 Benda yang Tidak Boleh Dicuci dengan Sabun Cuci Piring, Orang Indonesia Sering Banget Lakukan
"Penerapan work from home itu masing-masing (perusahaan) pemberi kerjaan," katanya.
"Silakan masing-masing klaster terdampak, seperti kemarin di Kapten Tendean, Buncit, kantor sekitar sana," sambung Heru.
Di satu sisi, eks Wali Kota Jakarta Utara itu mengingatkan berkait potensi cuaca ekstrem yang terjadi pada 3-10 Januari 2023.
Ia lantas mengimbau pengusaha agar menerapkan WFH.
"Saya imbau sekali lagi, kondisinya rawan daeu tanggal 3-10 (Januari 2023), ya masing-masing (menerapkan) kebijakan WFH, silakan saja," tutur Heru.
Untuk diketahui, Riwaty Sidabutar membuat petisi itu karena aktivitas work from office (WFO) yang kembali berlaku dinilai membuat jalanan lebih macet, polusi, dan pekerja menjadi tidak produktif.
"Dua tahun bisa kerja dari rumah, ketika harus ke kantor lagi rasanya malah bikin tambah stress," jelas Riwaty dalam keterangan petisi yang dibuatnya.
Dalam petisi itu, Riwaty menyampaikan bahwa jarak rumah kebanyakan pegawai kantoran tidak jauh berbeda dari dirinya.
Misal, seseorang harus menempuh jarak 20 km untuk ke kantor dari rumahnya, yang mana itu berarti orang tersebut harus menempuh perjalanan dengan jarak 40 km setiap hari untuk pulang pergi.
"Belum lagi kalau hujan. Bisa-bisa, saya terjebak kemacetan lama sekali, satu jam bahkan menggunakan sepeda motor," kata Riwaty.
Selain itu, Riwaty menilai bahwa WFO juga belum tentu membuat seorang pekerja menjadi lebih produktif.
Sebab, lamanya perjalanan membuat ia malah jadi lebih lelah dan hasil pekerjaan tidak sebagus ketika bekerja dari rumah.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR