Kembali Jadi Menteri Keuangan dengan Harta 4,6 M, Sri Mulyani Malah Bingung Masak di Indonesia Setelah Pulang dari Amerika
SajianSedap.com - Sri Mulyani Indrawati kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan RI untuk periode 2019-2024.
Namanya jadi salah satu wanita yang berhasil jadi menteri untuk membantu Presiden Joko Widodo membangun Indonesia yang lebih baik.
Dilansir dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Sri Mulyani terakhir kali melaporkan harta kekayaannya pada Desember 2018 sebagai Menteri Keuangan.
Baca Juga: Where To Stay in Semarang, Hotel Chanti The Quintessential of Javanese Hospitality
Dalam laporan tersebut, total harta kekayaan yang dimilikinya tercatat sebesar Rp 46.608.517.726.
Rinciannya, Ia memiliki harta berupa tanah dan bangunan senilai Rp 37.933.880.000.
Sri Mulyani juga tercatat memiliki surat berharga senilai Rp 12.683.747.800, kas dan setara kas senilai Rp 5.573.093.926.
Ada juga harta bergerak lainnya senilai Rp 415.000.000.
Selain itu, ibu tiga anak ini juga tercatat memiliki utang sebesar Rp 9.997.204.000.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Keuangan, Sri Mulyani pernah berbagi kisah tentang kehidupan di luar pekerjaannya sebagai Menteri Keuangan di acara yang bertemakan tentang pemberdayaan wanita "From dan For Ladies" dalam Boogie Network Viva La Donna, di Jakarta pada Jumat (29/06/2018).
Ia menceritakan bahwa memasak adalah hal yang disukainya saat memiliki waktu luang.
"My me time? I love cooking. Sambil masak bisa sambil mikir macam-macam. Terus lihat hasil masakannya bagus, masakan enak, keluarga saya menikmati. Kita senang berbuat sesuatu yang membuat orang lain senang," ucapnya.
Ia melanjutkan, masa mudanya tak berbeda dari anak muda lainnya.
Namun Ia mengaku rajin membaca buku teks bahasa Inggris karena pada masa itu barang tersebut sangat langka untuk didapatkan.
"Saya suka membaca buku teks bahasa Inggris karena buku itu sangat langka. Buku-buku itu bercerita tentang kondisi ekonomi negara barat yang di sini belum terjadi. Tapi saya juga suka baca novel," ujarnya.
Pada tahun 2010, Ia sempat ditunjuk jadi salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Karena ini juga pada tahun 2014, Ia disebut oleh majalah Forbes sebagai wanita paling berpengaruh di dunia urutan ke-38.
Jabatan tersebut membuatnya harus pindah ke Amerika Serikat.
Saat kembali pulang ke Indonesia, Sri Mulyani sempat mengungkapkan kebingungannya ketika memasak di dapur rumahnya yang berada di daerah Bintaro.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini
Soalnya, Ia merasa dapurnya jauh berbeda dengan keadaan dapur di tempat tinggalnya di Amerika Serikat.
"Rumah yang saya tinggali di Indonesia tidak sama dengan di AS. Kalau di AS, saya tahu dapurnya, tahu bumbu-bumbu, daging, ditaruh dimana. Bahkan makan sambil masak di dapur sudah sering. Kalau yang di Indonesia itu bukan jajahan saya. Jadi saya bingung. Makanya saya bilang ke suami, saya akan masak kalau dapurnya ada di depan saya ," kata Sri Mulyani kepada wartawan di Jakarta, Selasa (20/6/2017), dilansir dari Tribun News.
Namun Ia mengatakan memasak merupakan aktivitas yangsangat menyenangkan.
Baginya memasak merupakan salah satu bagian dari relaksasi pikiran.
"Masak itu enak loh, relaksasi. Kalau di Bank Dunia, pulang kantor jam delapan malam sampai rumah. Saya mulai masak, dan makan sekitar pukul sembilan malam. Lalu memikirkan besok mau makan apa, misalnya ayam cabai hijau, ayam bumbu kecap, atau mau bikin sate Padang. Lidah sudah saya rebus malam hari, besok tinggal dipotong-potong saja," ujarnya.
Meski mengalami kebingungan, sesekali Ia tetap masuk dapur dan memasak untuk suami dan anak-anak, terutama di bulan Ramadan.
"Ya masak sedikit-sedikit, buat refreshing jugalah itung-itung," katanya.
Mengakhiri cerita tentang kesehariannya, Ia juga berpesan kepada para generasi milenial yang hadir agar mampu mengenali passion sedari muda, namun tetap memperhatikan orang di sekitar.
Dengan demikian mereka dapat melatih kepekaan dan peduli akan yang terjadi di lingkungannya.
"Anda hidup dalam situasi banyak pilihan. Latih diri untuk membuat pilihan yang bijaksana. Saya optimis, generasi milenial mampu menjaga negara Indonesia sebagai negara kesatuan," tutupnya.