Cerita Pahit TKI Di Tengah Wabah Virus Corona, Sudah Bayar Mahal Demi Masker tapi yang Datang Kardus Kosong
SajianSedap.com - Mewabahnya virus corona membuat harga masker kian melonjak.
Bahkan di Jakarta sendiri, masker sudah ada yang menembus 1,5 juta atau lebih mahal dari 1 gram emas.
Namun, hal lebih parah harus dialami oleh para tenaga kerja yang bekerja di luar negeri.
Tak hanya sulit mendapatkan masker, mereka juga menjadi korban penipuan.
Sulitnya mendapatkan masker membuat seorang tenaga kerja Indonesia ( TKI) asal Magetan, Jawa Timur, di Hong Kong mengunggah permintaan bantuan melalui media sosial.
Dalam unggahannya pada Jumat (14/02) 15:00 WIB tersebut, Nurul Budiyanti mengaku saat ini TKI di Hong Kong sangat kekurangan masker.
“Di sini saat ini dikarenakan kekurangan stock kita meminta kepada Bupati selaku Pemimpin penata kota kami apa kami salah?” tulisnya.
Pesan masker yang datang kardus
Dihubungi melalui pesan singkat, Nurul mengisahkan betapa sulitnya mendapatkan masker di Hong Kong.
Seluruh rak masker di pusat perbelanjaan kosong.
Padahal setidaknya satu orang membutuhkan satu masker dalam sehari untuk mencegah terpapar virus corona.
“Empat jam sekali kita harus ganti, minimal sehari sekali (ganti masker). Sebenarnya ini sangat berbahaya pemakaian terlalu lama jika selalu berada dengan orang banyak,” ujarnya, Sabtu (15/2/2020).
Sulitnya mencari masker di pusat perbelanjaan di Hongkong membuat para buruh migran berburu masker sampai ke Indonesia.
Nurul mengatakan, masker dari Indonesia tergolong paling diburu oleh warga Hong Kong karena termasuk negara yang belum terpapar virus corona.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
Hanya saja, langkah tersebut tak semudah yang dibayangkan.
Tiba-tiba saja persediaan masker di Indonesia sulit didapat karena sudah diborong.
“Perusahan masker mengaku sudah diborong tanpa bisa memberikan penjelasan siapa yang memborong,” katanya.
Selain sulit didapat, harga masker juga melambung tinggi.
Nurul menyebutkan, satu kotak yang berisi 50 masker yang biasanya dijual Rp 30.000, saat ini melambung sampai Rp 50.000.
Tingginya permintaan masker di Indonesia, diduga membuat sejumlah perusahaan masker tidak mau mengirimkan pesanan para buruh migran.
Hambatan untuk mendapatkan masker dari Indonesia, tidak hanya masalah ketersediaan.
Perusahaan ekspedisi juga masih belum mau mengirimkan barang ke Hong Kong.
“Sudah dapat tetapi kami ditolak beberapa ekspedisi yang kami kenal dengan alasan overload. Dan penolakan itu tidak langsung karena sebelumnya mereka sanggup memberangkatkan kalau untuk donasi,” jelasnya.
Saat sudah menemukan penjual dan perusahaan ekspedisi yang bersedia membawa masker ke Hong Kong, Nurul dan buruh migran lain masih harus waswas.
Pasalnya, mereka masih mungkin jadi korban penipu.
Nurul mengatakan, ada seorang temannya memesan satu paket masker, tapi yang sampai malah kardus.
“Yah begitulah, kami harus bersabar,” ujarnya.