Ditolak Warga Gara-gara Corona, Satu Keluarga Terpaksa Karantina di Hutan Terpencil dengan Jalur Ekstrim! Kondisinya Memprihatinkan
SajianSedap.com - Banyak sekali kisah mengenai warga yang menolak para pasien yang terkena corona.
Hal tersebut karena mereka memiliki ketakutan yang berlebih akan tertular virus tersebut.
Seperti kisah yang terjadi di Polewali Mandar ini.
Satu keluarga yang terdiri atas kakak, adik dan keponakan terpaksa jalani karantina mandiri di hutan yang terpencil.
Keluarga tersebut diusir setelah warga sekitar menolak saat sepulangan mereka dari Kotabaru, Kalimantan Selatan, sejak 23 April 2020 lalu.
Akhirnya, satu keluarga ini mengisolasi diri di hutan, yang jauh dari permukiman warga di desanya di Desa Pao-pao, Kecamatan Alu, Polewali Mandar (Polman).
Lokasi karantina satu keluarga ini sekitar 2 km dari kampung mereka, yakni di Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Keadaan mereka saat diisolasi jauh dari kata layak.
Warga yang Simpati Beri Bantuan
Diketahui bahwa kasus pulang kampung yang mereka alami ini menjadi viral di media sosial, seperti Facebook.
Meskipun begitu, karena lokasi isolasi yang jauh di dalam hutan dengan sarana yang terbatas akhirnya menuai simpati warga.
Sejumlah warga yang peduli bersama sejumlah relawan kemudian berupaya menyalurkan bantuan sembako ke keluarga ini.
Baca Juga: Banyak Orang Nekat Keluar Selama PSBB, Mbah Mijan Ungkap Kesedihan Lihat Keadaan Indonesia
Salah satu relawan adalah penyuluh agama di Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Abdul Razak.
Dia bercerita, untuk mencapai lokasi isolasi mandiri satu keluarga tersebut butuh perjuangan berat karena jalurnya ekstrem.
Terpencil, jalur ekstrem
Tokoh penyuluh agama di Polman, Abdul Razak dan tim relawan berupaya menyalurkan bantuan sembako ke keluarga yang melakukan isolasi di dalam hutan.
Namun mereka harus menempuh jalur yang sangat ekstrem.
Motor relawan berkali-kali jatuh karena jalan setapak menuju hutan tidak layak dilalui motor dan menanjak. Bahkan terkadang Abdul Razak harus mendorong motor agar bisa naik.
Butuh waktu sekitar satu jam dari ujung kampung ke jalan menanjak itu.
Bahkan harus melintasi sungai.
Lalu setibanya di hutan, tim relawan masih harus berjalan kaki sejauh 500 meter menuju rumah gubuk yang berada di bawah bibir lembah gunung.
“Kondisinya memperihatinkan, tempat karantinanya sangat tidak layak. Lokasinya terletak di hutan,” kata Abdul Razak kepada Kompas.com melalui telepon, Jumat (01/05/2020).
Bantuan sembako yang diberikan kepada satu keluarga ini berupa beras, mie instan, air mineral, Al Quran, masker serta beberapa bahan pokok lainnya.
Kondisi memprihatinkan
Menurut Abdul Razak, gubuk berukuran 2x3 meter yang dihuni satu keluarga ini sangat memprihatinkan kondisinya.
Hanya ada lantai papan berdinding kain dan kayu.
Tiangnya ditopang kayu dan batu agar tidak roboh.
Baca Juga: Mudah Dipraktekan! Begini Cara Aman Bertransaksi di ATM Agar Terhindar dari Virus Corona
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Keluarga ini sudah mengisolasi diri sejak 23 April, yakni Hasmiati, adiknya Wandi dan keponakannya Basri.
Mereka mengaku pulang dari Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Meski mendapat penolakan warga namun Hasmiati mengaku bersabar dan paham kehawatiran para tetangganya terkait Covid-19.
Karenanya ia berharap bisa menjalani masa karantina di dalam hutan dengan baik selama 14 hari. Mereka mengaku sudah menjalani karantina selama sepekan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satu Keluarga Jalani Karantina di Hutan karena Ditolak Warga, Kondisinya Bikin Prihatin"