"Aku serahin sama Tuhan, kapan waktunya aku bahagia ya bahagia, kan semua Tuhan yang ngatur itu," ujar Pinkan saat itu.
Sebaliknya, penolakan sang ibu semakin menjadi.
Ditje saat ditemui di sebuah tempat usaha kecil-kecilan di Pejaten, Jakarta Selatan mengaku lebih baik kehilangan Pinkan ketimbang anaknya harus pindah agama.
"Buat saya, mending kehilangan anak satu daripada harus mengkhianati keyakinan yang sudah saya ajarkan sejak kecil," tegas Ditje.
Namun karena kegigihan dan keyakinan Pinkan, bahwa masalah tentang ibunya pasti Tuhan turut bekerja menyelesaikan.
Akhirnya sang ibundanya mau memaafkan Pinkan pindah agama dan mengakui Pinkan sebagai anaknya.
Dietje mengakui kalau dia memang sangat syok mendengar sang anak Pinkan pindah agama.
Dia menyebutkan, selama dua bulan dia tak henti-hentinya menangis, begitu mengetahui anaknya tak lagi menganut agama yang sama dengannya.
Meski juga sempat mengusir Pinkan dari kediaman mereka, Dietje mengaku saat ini dia sudah merasa lebih lapang hatinya.