Penelitian di Norwegia membuktikan, ibu hamil yang rutin mengonsumsi sayuran, buah-buahan, serelia utuh, dan minum cukup air putih, memiliki risiko lebih rendah melahirkan bayi prematur.
Meski demikian, para peneliti menegaskan, tidak ada hubungan sebab-akibat antara konsumsi makanan sehat dan kelahiran prematur. "Nutrisi hanya salah satu faktor mencegah persalinan prematur," ungkap Christine Metz, seorang peneliti kebidanan di The Feinstein Institute for Medical Research di Manhasset, New York City, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Perlu diketahui, faktor risiko terbesar persalinan prematur antara lain pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup seperti merokok, minum alkohol atau penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba.
Studi baru ini didasarkan pada data dari studi Norwegian Mother and Child Cohort, yang melibatkan 66.000 perempuan Norwegia yang melahirkan antara tahun 2002 dan 2008.
Para perempuan ini mengisi kuesioner tentang kebiasaan makan mereka selama empat sampai lima bulan pertama kehamilan.
Para peneliti mengklasifikasikan makanan mereka sebagai diet "baik", diet "tradisional", dan diet ala western.
Diet "baik" itu terdiri dari sayuran mentah dan dimasak, salad, buah, sereal dari serelia utuh, kacang-kacangan, daging unggas, serta susu rendah lemak.
Sementara diet "tradisional" yang terdiri dari kentang rebus, ikan, saus, margarin, puding beras, susu rendah lemak dan sayuran yang dimasak.
Dan yang terakhir, diet ala "western" yakni diet yang mengandung camilan asin, cokelat, permen, kue, kentang goreng, roti, saus tomat, gula manis minuman, produk daging olahan, dan pasta.
Meski kemungkinannya tidak 100 persen, tetapi ibu hamil tidak boleh meremehkan apalagi makan-makanan yang tidak bergizi atau lebih banyak makan junk food.