Sampah-sampah yang didapatkan pabrik-pabrik tahu itu ternyata sebagian besar datang dari AS.
Olahan kacang kedelai yang kaya protein itu diproduksi di halaman belakang.
Alasan Pemilik Pabrik Gunakan Plastik jadi Bahan Bakar
Salah satu pemilik pabrik tahu, Jumaati, mengatakan bahwa menggunakan sampah impor dalam pembuatan tahu di pabrik tahunya untuk menekan biaya operasional.
"Lebih murah tentunya, karena untuk satu mobil pikap penuh berisi sampah, hanya berharga Rp 300 ribu saja," ungkap Jumaati kepada TribunMadura.com.
"Sedangkan dengan ukuran mobil pikap berisi kayu, dihargai sekitar Rp 500 hingga Rp 600 ribu," sambung dia.
Ia mengaku, sampah impor diangkut menggunakan mobil pikap ke tempatnya sesuai dengan permintaan tahu yang dibuatnya.
"Kadang satu mobil saja. Terkadang dua mobil, namun kebanyakan satu mobil saja," ujarnya.
Sebelumnya, Jumaati mengaku, selalu menggunakan kayu untuk proses pemanasan tungku kedelai tersebut.