"Dulu gue, di umuran segitu gue enggak worry tuh, sama elu jam dua jam tiga makan mi kornet. Sekarang gue enggak makan nasi sengsara deh, hidup gue, Danny. Makan setitik gue kayak babi langsung," keluh Syahrini sambil memperlihatkan bekalnya yang hanya tahu Sumedang.
"Almarhum papa tuh, paling percaya sama elu! Kalau udah dengar suara lu, 'pa, ini aku di rumah Danny mau nginep', padahal elu lelaki, tapi boleh, kenapa, ya?" tanya Syahrini heran.
"Kan kita juga tidurnya pisah dan ada keluarga Danny juga," sahut Rani.
"Iya, maksudnya namanya temen lelaki, benar enggak, Rani?Teman bukan perempuan, lelaki kok, boleh almarhum tuh, punya feeling, kan. Kumaha Danny kalau lagi nelepon, teh? Padahal lagi dandan, mau pergi malam acaranya anak muda," ujar Syahrini sambil berjoget.
"'Pa, pergi sama Danny', 'oh gitu, mana Danny? Sini ngomong' gitu. Ngomong sama gue 'nitip ya, si Rani sama si Rini titip Om', 'iya, Om', sementara Rani lagi (memperagakan orang memakai riasan mata)," kata Danny yang membuat Syahrini dan Rani tertawa.
"Gue lagi nyasak, ya kan, pakai spray, untuk melaju ke keriaan malam," timpal Syahrini.
"'Jagain anak Om ya' gitu kan, 'Om percaya sama Danny', 'baik, Om' gitu kan. Aman, begitu tutup 'yuk, jalan! Udah kelar nih, gue dandan!'" kata Danny.
Tapi menurut Syahrini, hampir semua orang melewati fase hidup seperti itu.
Baginya, fase itu membuat orang bermetamorfosa dan Ia tidak munafik pernah terlibat di dalamnya.
"Kan kita harus melewati fase itu dulu, Dan, namanya juga proses kehidupan fase bermetamorfosa semuanya, bener enggak? Masa muda juga kan, mengalami masa-masa keriaan malam, ya kan, pernah dong, enggak munafik punya!" kata Syahrini.