Pegunungan Himalaya, dengan puncak Everest, dikenal sebagai destinasi impian pada pendaki. Namun, bagi penduduk di lerengnya, pegunungan Himalaya adalah 'tambang emas'.
Bukan emas dalam artian sebenarnya, tentu. 'Emas' di sini mengacu pada yarsagumba, sejenis jamur ulat.
Yarsagumba, dalam bahasa Tibet memiliki arti 'rumput musim panas, ulat musim dingin'.
Tanaman unik ini terbentuk saat larva ngengat yang hidup dalam tanah, terinfeksi spora jamur parasit Ophiocordyceps sinensis.
Saat terinfeksi dan mati, tubuh ulat itu akan mengeras sementara di bagian kepalanya, tumbuh jamur berwarna coklat berbentuk pipih.
Secara fisik, bentuk yarsagumba cukup unik, berupa batang cokelat kekuningan seukuran korek api yang mencuat dari dalam tanah.
Lokasi tumbuhnya pun sangat sulit dijangkau karenaYarsagumba hanya ditemukan di wilayah bertanah lembab di ketinggian 3000-5000 meter di atas permukaan laut.
Jamur unik ini umumnya tumbuh sekitar bulan Mei dan Juni, di awal musim panas.
Maka, tidak heran jika musim panas tiba, desa-desa di lereng pegunungan Himalaya mendadak kosong.
Penduduk desa akan mendaki dan mencari yarsagumba di lereng-lereng tinggi.