Para pengelola menyediakan bahan utama berupa tahu bulat yang didatangkan dari wilayah Cianjur dan Tasikmalaya.
Lalu, untuk mobil, para pengelola menyewakannya kepada para pedagang dengan biaya Rp 100.000, sudah lengkap dengan tempat penggorengan dan atap terpal.
"Sehari paling harus keluar uang Rp 50.000 untuk bensin. Minyak goreng dan bumbu sekitar Rp 90.000. Belum lagi untuk uang makan dua kali sehari, minimal 20.000 harus ada," katanya.
Setiap satu butir tahu bulat yang terjual, ia harus menyetor kepada pengelola sebesar Rp 250.
Dalam sehari, ia bisa mengantongi laba bersih sekitar Rp 100.000.
"Lumayan di Bogor kalau jualan. Dibanding di Cianjur, paling kita cuma bisa dapat Rp 30.000 saja sehari," kata Ade, yang berasal dari Cianjur ini.
Nah, sudah tahu kan bagaimana sejarah dari suara rekaman "tahu bulat digoreng dadakan" yang melegenda tersebut?
Semoga berguna ya, Sase Lovers!
(Yudhi Maulana)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Cerita di Balik Rekaman Suara Tahu Bulat Digoreng Dadakan.
Baca Juga: Cara Goreng Tahu Bulat Kopong, Jaminan Antigagal Seperti Buatan Pedagang