Mengenal Tradisi Ngejot di Bali, Memberi Makanan ke Tetangga Untuk Menyambut Lebaran

By Amelia Pertamasari, Minggu, 31 Maret 2024 | 16:19 WIB
Tradisi ngejot di Bali. (Space_Cat)

Baca Juga: Mengenal Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tradisi Unik Berbagi Hasil Bumi Kepada Masyarakat

Makna dan Filosofi Tradisi Ngejot

Tradisi ngejot di Bali sudah menjadi warisan sejak zaman dahulu menjelang perayaan Idul Fitri (lebaran)," kata Miftachur Rohman, seorang umat muslim di kawasan Monang maning, Kota Denpasar.

Ia mengatakan tradisi ngejot ini sudah ditanamkan sejak zaman dahulu bagi umat Islam oleh pendahulunya.

Tradisi ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sesama saudara dalam memupuk kebersamaan yang dikenal dengan menyamabraya.

Menurut Rohman, tradisi ngejot sebagai upaya melestarikan budaya yang dibangun sejak dahulu.

Selain itu, tradisi ini sebagai ungkapan kebersamaan membangun toleransi antarumat beragama.

Ia menjelaskan makanan yang diberikan kepada tetangga sudah dalam bentuk siap saji dan kue serta buah-buahan.

"Tradisi ngejot di Bali, yaitu sebagai simbol kerukunan antarumat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, serta pembelajaran kepada anak-anak di usia dini untuk selalu meningkatan pemahaman tentang kerukunan umat beragama sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Lebih lanjut Rohman yang juga seorang notaris ini mengatakan tradisi ini juga sebagai simbol kemesraan dan tali persaudaraan antara umat Hindu dan Islam di Pulau Dewata.

"Tradisi ngejot bagi pemeluk agama Islam di Bali masih terjaga hingga saat ini, khususnya di Kota Denpasar dan kabupaten di Bali. Jika ini bisa diterapkan di daerah lain, maka betapa indahnya bangsa Indonesia dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tradisi Ngejot di Bali, Kirim Makanan ke Tetangga Saat Idul Fitri

Baca Juga: Mengenal Lepet, Makanan yang Disandingkan dengan Ketupat Saat Lebaran