Itu sebabnya cara penyajian kue keranjang disusun bertingkat.
Penyusunan kue keranjang yang bertingkat ini memiliki makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran.
(Baca juga: Kue-Kue yang Disajikan Rachel Vennya Saat Aqiqah Bisa Jadi Inspirasi)
(Baca juga: Ternyata Cetakan Es Batu Bisa Mempermudah Pekerjaan Dapur, Lo! Yuk, Cari Tahu!)
Kisah Kue Keranjang Zaman dahulu, masyarakat Tionghoa percaya bahwa terdapat Dewa yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti (Raja Surga) dalam setiap anglo (tempat masak) di dapur setiap rumah.
Dewa tersebut dikenal juga dengan sebutan Dewa Tungku, yang ditugaskan untuk mengawasi segala sesuatu yang dilakukan di setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari. Nah, setiap akhir tahun, tepatnya tanggal 24 bulan 12 Imlek (atau H-6 Tahun Baru Cina), Dewa Tungku konon akan pulang ke surga dan melaporkan tugasnya kepada Raja Surga.
Jadi, demi menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan, timbullah gagasan untuk memberikan hidangan yang menyenangkan atau hal-hal yang dapat membuat Dewa Tungku tidak murka.
Akhirnya masyarakat Tionghoa pun berusaha mencari bentuk sajian yang manis, hingga ditemukanlah resep kue yang disajikan dalam keranjang ini. Saat menyajikan kue untuk Dewa Tungku, kue keranjang juga ditentukan bentuknya.
Bentuk bulat dipilih karena memiliki makna keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat berkumpul (setidaknya satu tahun sekali), serta tetap menjadi keluarga yang bersatu, rukun, dan memiliki tekad bulat dalam menghadapi tahun yang baru.
(Baca juga: Resep Sambal Bawang, Teman Ayam Geprek yang Lezatnya Tak Masuk Akal)
(Baca juga: Tampil Bugar Meski Sudah Berumur, Lakukan 5 Hal ini Sekarang Juga!)
Olahan Kue Keranjang