Rahasia Lezatnya Tahu Sumedang Bungkeng

By dina, Rabu, 25 Januari 2017 | 00:51 WIB
TAHU GORENG ISI PETIS (dina)

      SajianSedap.comTahu sumedang Bungkeng, tahu Sumedang pertama di Indonesia, dibuka pada tahun 1917. Di umurnya yang keseratus tahun ini, ia masih bahkan kian berjaya. Apa rahasia kelezatannya? Yuk, kita tengok.

       Tahu Bungkeng makin melesat dan terkenal sejak pengelolaan dengan cara yang modern awal 1970-an. Batu penekan gilingan kedelai sebagai bahan baku tahu sudah diganti menjadi mesin penggilingan. Begitu juga dengan pengorengannya yang tadinya memakai kayu bakar diganti memakai kompor minyak tanah dan belakang dengan menggunakan kompor gas.

       Tahu Sumedang memang sangat khas dan sulit untuk ditiru oleh daerah lain selain Sumedang. Jangankan oleh daerah lain, di Sumedang saja hanya beberapa daerah saja yang cocok airnya untuk membuat tahu selezat dan segurih tahu Sumedang ini.

       Bahkan ada juga beberapa pengusaha yang membuka pabrik di luar Sumedang itu terpaksa mengambil air dari Sumedang dengan membawanya memakai drum. Air yang cocok untuk membuat tahu Sumedang itu hanya untuk wilayah perbatasan Tanjungsari sampai Cimalaka saja. Di luar itu jangan harap rasa dan kelezatan Tahu itu akan sama seperti di daerah antara Tanjungsari sampai Cimalaka.

       “Tahu sumedang itu dibuat dengan komposisi 70 persen air. Memang kandungan air yang ada di Sumedang yang membedakan hasil tahu itu. setiap daerah punya kemandirian kandungan air,” kata Suryadi Ukim (52), pemilik gerai tahu sumedang Bungkeng yang meneruskan usaha keluarganya.

       Walaupun bahan baku tahu itu sama dan hanya kedelai tetapi setiap pabrik dan pengusaha tahu mempunyai resep yang berbeda-beda dan merupakan rahasia perusahaan.

       “Memang kami punya resep mandiri dan berbeda dengan pengusaha yang lain. Tetapi gambaran secara umum, kelezatan tahu itu tergantung dari kualitas kedelai sebagai bahan bakunya. Selaian itu koki yang mengolah tahu juga punya peran,” ujarnya.

       Selain itu, sambungnya, cuka atau bibit tahu/ragi yang dipakai juga menentukan. Ragi ini diambil dari air yang keluar dari pengepresan kedelai.

       Tahu Sumedang yang dirintis Bungkeng tahun 1917 itu kini menjadi ciri khas Sumedang. Saat ini tercatat lebih dari 400 pengusaha tahu yang memperkerjakan ratusan bahkan ribuan orang. Bahkan saat Lebaran, rata-rata setiap hari bisa terjual tahu Sumedang di atas 2 juta buah sehingga secara kasar omzet hampir Rp 1 miliar per hari. (DV/ER/Tribun Jabar/Deddi Rustandi)