Sajiansedap.id - Secara budaya, Indonesia dan Malaysia memang dapat terhitung masih dalam satu rumpun.
Apalagi Indonesia bagian barat seperti Pulau Sumatera dan sekitarnya.
Kedekatan wilayah geografisnya dengan negeri jiran mengakibatkan banyak kesamaan budaya dari dua wilayah ini.
Karena adanya kesamaan tersebut, tidak jarang aksi saling klaim terjadi hingga terkadang membuat masyarakat kedua negara bersitegang,
Namun, sikap Malaysia yang main asal klaim budaya sudah tidak dapat ditoleransi lagi ketika Reog Ponorogo, Batik, Lagu Rasa Sayange, hingga Candi Borobudur diklaim kepemilikannya oleh Negeri Jiran.
Identitas budaya tersebut jelas milik Indonesia dan tidak bisa diganggu-gugat.
Sikap asal klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia ini sepertinya kini kena getahnya.
Baru-baru ini kebudayaan mereka yang berbentuk sebagai makanan diklaim oleh negara tetangga Singapura.
Dikutip dari Kompas.com, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong mengajukan pengakuan pada PBB bahwa jajanan kaki lima merupakan kebudayaan Singapura.
Hal ini dilakukannya karena PM Lee Hsien Loong menganggap bahwa di Singapura, street food sudah menjadi identitas budayanya.
BACA JUGA: Rumah Jonathan Christie Ternyata Berada Di Gang Kecil, Dapur dan Ruang Makannya Bahkan Jadi Satu
Bahkan, negara ini memiliki nama khusus untuk menyebutkan kawasan kaki lima di negara mereka.
Kawasan ini disebut dengan Hawker.
Masyarakat Malaysia Marah
Tindakan PM Singapura ini kemudian memancing kemarahan warga Malaysia.
Pihak Malaysia mengaku bahwa jajanan kaki lima berasal dari negara mereka.
Malaysia juga mengatakan bahwa jenis makanan kaki lima di negara mereka jauh lebih banyak dibandingkan dengan Singapura.
Tindakan PM Singapura ini bahkan mengundang koki selebriti asal Malaysia, Chef Wan, untuk berkomentar.
Dirinya mengatakan bahwa tindakan ini tidak masuk akal.
Ia juga mengatakan bahwa untuk makanan jalanan, negaranya adalah yang paling juara.
Tidak Digubris
Respons negatif yang diterima Singapura dari warga Malaysia nyatanya tidak digubris sama sekali.
Kritikus makanan asal Singapura, KF Seetoh mengatakan bahwa hal ini tidak hanya tentang berbagai jenis makanan yang dijajakan.
Ia juga menjelaskan bahwa budaya makanan jalanan inilah yang mengikat masyarakat.
Pemerintah Singapura yang mendukung industri makanan jalanan ini juga secara tidak langsung memperkuat komunitas yang ada.
Dengan alasan inilah yang kemudian membuat Singapura bersikeras untuk meresmikan Hawker sebagai kebudayaan mereka.
BACA JUGA: Sungguh Tega! Toko Ini Tipu Pelanggannya agar Membeli Ikan yang Tidak Segar
BACA JUGA: Olahan Ikan Bandeng Pasti Tidak Akan Mengecewakan Jika Dibuat Menjadi Bandeng Kuah Kuning