SajianSedap.id - Kabar duka cita datang dari Indro Warkop.
Sang istri, Nita Octobijanthy, meninggal dunia pada Selasa (9/10) malam.
Melalui pesan yang Grid.ID terima bertuliskan "Inalillahi Wa Inalillahi Rojiun, telah meninggal dunia, Ibu Nita (Istri dari Indro Warkop). Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, Amin)."
Sang istri memang diketahui sebelumnya berjuang melawan kanker paru-paru.
Ia dirawat akibat penyakit kanker paru-paru stadium 4 yang diidapnya sejak bulan Agustus 2017 lalu.
Ia meninggal dunia di usianya yang ke 59 tahun.
Parahnya, sebelum terdeteksi kanker paru-paru, Nita tak merasakan gejala kanker paru-paru.
Barulah saat ke dokter, dirinya telah divonis mengidap kanker paru-paru stadium lanjut.
Semenjak istrinya mengidap kanker, Indro langsung memilih untuk mengobatinya secara medis.
Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal Dunia, Para Artis Kenang Sosok Baiknya, Sampai Ada yang Sering DimasakinTak ada satupun pengobatan alternatif yang dipilih Indro.
Untuk pengobatan medis Nita, Indro memilih pengobatan dari dalam negeri.
Namun, kanker yang bersarang di tubuh istrinya itu ternyata sudah menyebar ke bagian liver dan hati.
Banyak yang mengira kalau kanker paru disebabkan oleh asap rokok.
Padahal, bukan hanya rokok saja yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengidap kanker paru-paru seperti yang diderita istri Indro Warkop ini.
Rupanya, makanan juga bisa meningkatkan risiko kanker paru!
Makanan apa saja? Langsung baca selengkapnya di bawah ini.
Makanan yang Mengandung Lemak Jenuh
Dilansir halaman health.com, dalam Journal of Clinical Oncology menemukan hubungan asupan lemak jenuh dengan peningkatan risiko kanker paru.
Bahkan, mereka yang mengkonsumsi makanan lemak jenuh memiliki risiko mengidap kanker paru-paru daripada mereka yang tidak.
Penelitian ini sendiri semakin diperkuat karena sudah dilakukan lebih dari 10 kali dengan subjek penelitian mencapai 1,4 juta orang dengan jumlah pasien kanker paru mencapai 18.000 jiwa.
Baca Juga : Nikahi Mantan Agnez Mo, Sosok Suami Sarah Sechan yang Selalu Disembunyikan Terekspos Saat Makan Bersama
Karbohidrat Olahan
Sebuah studi yang diterbitkan pada Maret 2016 oleh Cancer Epidemioly, Biomarkers and Prevention menyatakan bahwa orang yang mengonsumsi makanan tinggi gula memiliki risiko mengidap kanker paru lebih tinggi dibandingkan yang tidak.
Apalagi, kandungan gula yang terkandung dalam makanan karbohidrat olahan sangatlah tinggi.
Maka dari itu, kita disarankan untuk memilih karbohidrat kompleks seperti roti gandum, beras merah, dan buah-buahan dan sayuran.
Semuanya tak mengandung gula tambahan, tinggi serat dan dapat membantu menurunkan kolestrol juga.
Daging Panggang
“Memanggang dapat melepaskan hidrokarbon poliksklik yang dapat masuk ke dalam daging sehingga menyebabkan siapa saja yang mengonsumsinya berisiko terjangkit kanker,” jelas dr. Rohs, seorang ahli onkologi toraks di Rumah Sakit Mount Sinai di New York.
Jika ingin memakan dagingnya, pastikan daging dipanggang sampai matang, jangan sampai gosong.
Memakannya juga harus dalam jumlah sewajarnya.
Sebuah studi tahun 2008 oleh Lembaga Keamanan Pangan Universitas Kansas juga menemukan bahwa menambah rempah daun seperti rosemary pada daging burger ternyata dapat mengurangi zat penyebab kanker sebanyak 30%.
Makanan dan Minuman Mengandung Arsenik
Tak banyak yang tahu bahwa beberapa makanan mengandung zat arsenik juga dapat memicu kanker meski dalam jumlah yang tak mematikan.
Contoh saja beras, jus apel, seafood, hingga unggas mengandung arsenik dalam jumlah kecil.
Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa siapapun yang terpapar dengan zat arsenik atau mengonsumsi zat ini dalam jumlah banyak, bisa berisiko mengidap kanker paru-paru.
Hal ini dibuktikan dari penelitian dengan 950 orang Bangladesh yang mengonsumsi air minum dengan kandungan arsenik yang lebih tinggi.
Sebagian besar dari 950 orang ini sudah mengalami gangguan fungsi paru-paru dibandingkan mereka yang tak terpapar.
Kerusakan karena terpapar arsenik ini setara dengan beberapa dekade menghisap rokok.
Namun, tenang saja, kita bisa mengonsumsi makanan yang mengandung jumlah arsenik rendah meski tak boleh terlalu sering.
Menurut dr.Rohs, paparan pasif sendiri tak mempengaruhi peningkatan signifikan pada risiko kanker paru-paru.
Meski begitu, tak ada salahnya untuk kita mencegah dibandingkan mengobati, bukan? (AH)