SajianSedap.com - Masih ingatkah Anda dengan sosok DR OZ Indonesia?
Ia meninggal di usia 39 tahun karena penyakit yang digadang-gadang disebabkan oleh makanan ini.
Setahun yang lalu, dokter yang dikenal dengan nama dr. Ryan Thamrin, M.Kes ini membuat masyarakat Indonesia kaget dengan kabar kepergiannya.
Dokter sekaligus pembawa acara ini meninggal dunia di rumah saudara kandungnya di Jalan Kesadaran, Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru, Riau, Jumat 4 Agustus 2017.
Penyebab Kematian Masih Misteri
Dokter yang bernama asli Hesta Meiriansyah ini sempat menghilang usai mengundurkan diri sebagai pembawa acara DR OZ yang cukup fenomenal.
Ia meninggalkan banyak penggemar di acara yang dipandunya itu.
Hingga saat ini, penyebab kepergian dr. Ryan masih menjadi misteri yang tak kunjung terpecahkan.
Banyak versi yang menyebutkan bahwa almarhum meninggal karena maag hingga sakit kanker otak.
Namun, Kedua penyakit di atas masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat, sebab belum ada bukti medis tentang penyakit apa yang sebenarnya diderita.
Sebelum meninggal, menyebar foto dr. Ryan yang sangat kurus kering, penampilannya sangat berbeda jika dibandingkan dengan dirinya saat masih menjadi pembawa acara DR OZ.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Baca Juga : Yana Zein yang Meninggal Karena Kanker Payudara, Makanan Favorit Wanita Ini Jadi Penyebab Nomor Satunya!
Kebiasaan Makan di Masa Muda
Ibunda almarhum, Fahmiah Asad atau Mia Thamrin, melalui sebuah tayangan infotainment mengatakan, kemungkinan putranya menderita maag.
Mia pun mengungkapkan kebiasaan makan anaknya sebelum menempuh pendidikan dokter di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kebiasaan makan itu kemungkinan memicu timbulnya penyakit maag yang merenggut nyawa anaknya.
"Kemungkinan lambungnya sudah tidak bisa bertahan, yang pasti pada saat bulan Januari lalu saat check, lambungnya yang kena," ujar Mia.
Penyakit yang diderita dr. Ryan erat kaitannya dengan kebiasaan mengonsumsi mi instan ketika masih muda.
Kebiasaan makan mi instan pun bertambah ketika dr. Ryan tinggal di Jakarta, saking padatnya jadwal dr. Ryan sering lupa mengatur pola makan, walaupun dirinya adalah seorang dokter.
Mia pun dengan sabar merawat dr. Ryan, ketika anaknya pulang karena sakit.
Sebagai ibu yang mengasihi anaknya dengan tulus, dia mengatur jadwal makan dr. Ryan dua jam sekali dengan menu bubur.
Di sela makan makanan berat, dr. Ryan terkadang makan camilan yang sudah disiapkan di samping tempat tidurnya.
Keyakinan dr. Ryan untuk sembuh pun bertambah ketika sang ibu merawatnya dengan telaten.
Sebelum meninggal dunia, ternyata dr. Ryan pernah meminta ibunya untuk membuatkan mi instan.
Karena tidak tega, Mia pun membuatkan, tapi Ia bersyukur karena anaknya hanya mencicipi mi instan sedikit saja.
Baca Juga : Sebelum Meninggal Akibat Gagal Ginjal, Pelawak Ini Rela Berjualan Bakso dan Mi Ayam Demi Menyambung Hidup
Dampak Sering Mengonsumsi Mi Instan
Sering mengonsumsi mi instan memang memiliki resiko negatif pada kesehatan.
Mi instan diawetkan dengan cara digoreng dalam minyak yang jumlahnya sangat banyak sehingga menyebabkan resiko negatif bagi tubuh.
Selain itu, mi instan mengandung karbohidrat yang kurang serat, karena terbuat dari tepung.
Akibatnya, setelah makan mi instan kadar gula di dalam darah bisa meningkat dan turun secara cepat.
Oleh sebab itu, ketika mengonsumsi mi instan kita akan merasa cepat lapar.
Lalu apa yang terjadi ketika tubuh merasa cepat lapar?
Baca Juga : Berita Terpopuler Hari Ini, Anak Ustad Arifin Ilham Geram Hingga Saphira Indah Meninggal Dunia Saat Hamil
Jika cepat lapar, maka kita akan berusaha menghentikan lapar dengan cara makan yang banyak.
Apabila tidak diseimbangkan dengan aktivitas hidup yang tinggi dan berolahraga teratur akan menyebabkan kegemukan.
Kegemukan atau obesitas mengandung resiko penyakit dalam jangka panjang.
Kandungan garam natrium di dalam mi instan juga sangat tinggi.
Kandungan natrium yang tinggi dapat memicu terjadinya penyakit darah tinggi serangan jantung, dan stroke.
Selain tiga penyakit itu, juga bisa menyebabkan penyakit yang menganggu metabolisme tubuh dan pembuluh darah.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR