SajianSedap.com - Oktober tahun 2018 lalu, Indonesia kehilangan sosok artis senior serba bisa, Titi Qadarsih.
Titi Qadarsih meninggal setelah divonis kanker usus hanya dalam lima bulan.
Makanan favorit semua orang ini jadi penyebabnya.
Artis senior Titi Qadarsih meninggal dunia pada Senin (22/10) sekitar pukul 12.00 WIB.
Artis serbabisa yang bersinar di era 1970-an ini meninggal di usia 73 tahun.
Kabar sedih ini diungkapkan langsung putra Titi Qadarsih, Indra Qadarsih Yudo.
Menurut sang putra, Titi Qadarsih meninggal saat pulang ke rumah.
Kabar terbaru yang dilansir oleh sejumlah portal entertain menyebutkan bahwa Titi meninggal karena kanker usus.
Baca Juga: 5 Isu Diet Ini Dipercaya Banyak Orang, Fakta atau Hoax?
Tumor ganas yang diderita Titi sudah mencapai stadium 4.
Kanker usus mulai diketahui saat Titi mengeluh sakit di bagian perut sejak bulan Ramadhan 2018.
Kemudian Titi menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Fatmawati.
Namun, karena kanker usus yang menyerang Titi sudah terlampau ganas, ibu dari Indra (mantan anggota band Slank) ini akhirnya meninggal pada Senin siang (22/10).
Penyebab Kanker Usus
Berdasae penjelasan Centers for Disease Control and Prevention kanker usus merupakan kanker yang dimulai di usus besar (kolon) atau rektum (ujung usus besar).
Tumor ganas ini biasanya menyerang mereka yang berumur 50 ke atas.
Belum ada yang dapat memastikan apa yang sebenarnya jadi penyebab kanker usus besar.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini
Tapi ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker usus besar.
Satu hal yang pasti, perubahan tertentu pada DNA bisa menyebabkan sel-sel tubuh normal berubah mengganas menjadi kanker.
Berdasarkan penelitian terbaru, sering mengonsumsi makanan yang menyebabkan inflamasi atau peradangan bisa meningkatkan risiko tumbuhnya polip di usus besar.
Polip merupakan gumpalan kecil sel-sel atau disebut adenoma dan bisa menjadi cikal bakal munculnya kanker usus besar.
Ahli epidemiologi di Universitas Emory, Georgia, Robert Bostick, mengungkapkan, makanan yang paling tinggi peradangan adalah daging merah dan daging olahan.
Kemudian, makanan berlemak, termasuk susu berlemak, juga bersifat pro-inflamasi.
Sementara itu, makanan yang anti-inflamasi adalah sayuran dan buah-buahan, juga susu tanpa lemak, sedangkan makanan dari unggas dan ikan bersifat netral.
Penelitian melibatkan 1.955 orang dengan melakukan kolonoskopi untuk melihat pertumbuhan polip. Peserta penelitian adalah mereka yang belum pernah didiagnosis semua jenis kanker.
Hasil kolonoskopi mendapati 496 peserta memiliki adenoma atau polip. Peneliti kemudian membandingkan hasil kolonoskopi dengan pola makan sehari-hari.
Menurut Bostick, mereka yang memiliki polip adalah orang-orang yang sering mengonsumsi makanan pro-inflamasi.
Penelitian menunjukkan, orang yang sering mengonsumsi makanan yang pro-inflamasi, seperti daging merah dan daging olahan, 56 persen lebih berisiko memiliki polip di usus.
Bostick pun menyarankan mereka yang memiliki polip usus untuk segera mengubah pola makan dengan banyak makan sayur dan buah-buahan atau makanan anti-inflamasi. Hal ini untuk mengurangi risiko kanker usus.
"Perkembangan polip menjadi kanker usus besar berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Jangan sampai hal itu terjadi," kata Bostick.
KOMENTAR