Sajiansedap.com - Apakah anda gemar makan daging yang dipanggang atau dibakar?
Terdengar sangat enak dikonsumsi, namun siapa sangka ternyata ada anggapan bahwa bisa memicu kanker loh.
Memicu kanker ini karena dari cara memasaknya.
Salah satunya disebutkan dalam sebuah penelitian tahun 2009 yang diterbitkan American Cancer Society Journals.
Kok bisa ya?
Penasaran dengan penjelasan lengkapnya?
Berikut penjelasan lengkapnya untuk anda.
Baca Juga: Begini Cara Simpan Sisa Saus Barbeque Usai Pesta Malam Tahun Baru, Bisa Tahan 2 Minggu
Penjelasan Terkait Daging Panggang Picu Kanker
Seperti diketahui, memasak dalam suhu tinggi berpotensi menciptakan zat karsinogen "heterocyclic amines" (HCAs) dan "polycyclic hydrocarbons" (PAHs).
Penelitian yang dilakukan pada hewan di laboratorium menunjukkan, HCAs merusak DNA dan mempercepat pertumbuhan tumor di sel-sel usus besar, payudara, prostat dan sistem limfa.
Kendati demikian, belum bisa dibuktikan apakah hal yang sama juga terjadi pada manusia.
Pada suhu di atas 176 derajat celcius, asam amino dan kreatin (zat alami yang membantu suplai energi ke otot dan saraf) berpengaruh ke pembentukan HCAs.
Sementara itu, PAHs terbentuk saat lemak menetes ke bara yang panas, sehingga membentuk asap yang menyatu pada makanan. Komponen ini terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Baca Juga: Perbedaan Jenis-jenis Daging Sapi dan Cara Mengolah yang Benar, Engga Akan Alot
Meski begitu, menurut Colleen Doyle, direktur Nutrition and Physical Activity dari American Cancer Society, dalam hal pencegahan kanker, masih banyak risiko lain yang bisa menyebabkan kanker.
"Misalnya saja Anda kelebihan bobot 13 kilogram, maka risiko Anda terkena sejumlah kanker akan lebih besar, dibandingkan hanya makan daging yang dibakar," kata Doyle.
Senada dengan hal itu, berdasarkan catatan yang tersedia di laman Cancer.gov, dalam percobaan laboratorium, HCAs dan PAHs telah ditemukan bersifat mutagenik, yaitu dapat menyebabkan perubahan DNA yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Pembentukan HCAs dan PAHs bervariasi berdasarkan jenis daging, metode memasak, dan tingkat "kematangan" (jarang, sedang, atau dilakukan dengan baik).
Apa pun jenis dagingnya, daging yang dimasak pada suhu tinggi, terutama di atas 300 ºF (seperti dalam memanggang atau menggoreng), atau yang dimasak untuk waktu yang lama cenderung membentuk lebih banyak HCAs.
Baca Juga: Mau Makan Daging Tanpa Harus Takut Kolesterol Tinggi? Begini Cara Mengonsumsinya
Misalnya, ayam dan steak yang matang, dipanggang, atau dipanggang semuanya memiliki konsentrasi HCAs yang tinggi. Metode memasak yang mengekspos pengasapan daging berkontribusi pada pembentukan PAHs.
HCAs dan PAHs menjadi mampu merusak DNA hanya setelah mereka dimetabolisme oleh enzim spesifik dalam tubuh, suatu proses yang disebut "bioaktivasi".
Dikutip dari Foxnews, para ahli menyarankan untuk tidak makan daging yang dimasak sampai renyah, karena ada peluang yang cukup bagus mereka dapat meningkatkan risiko kanker prostat, pankreas, dan usus besar, menurut Natalie E. Azar, MD, asisten profesor profesor kedokteran dan reumatologi di NYU Medical Pusat.
Memasak daging dengan bawang putih, rosemary, bubur buah, dan gosok rempah kaya vitamin E seperti bubuk cabai dan paprika juga dipercaya dapat menurunkan produksi HCAs sebanyak 70%, menurut sebuah tinjauan di Natural Medicine Journal.
Larangan Penggunaan Kresek Hitam Pada Daging
Dilansir dari intisari.grid.id, larangan penggunaan plastik kresek hitam diungkapkan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Annies Baswedan mengatakan jika daging kurban dibungkus dengan bahan yang bisa didaur ulang.
"Terkait dengan penyelenggaraan Idul Adha untuk menggunakan pembungkus tidak dari plastik yang sekali pakai, tapi menggunakan bahan-bahan yang bisa didaur ulang," ujar Anies Baswedan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, mengutip Kompas.com.
Pemprov DKI juga tidak merekomendasikan kantong kresek hitam yang merupakan hasil daur ulang plastik bekas.
Sebab, kantong kresek hitam mengandung zat karsinogen dan berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu, tak hanya bungkus daging kurban saja, tapi wadah untuk daging kurban pun disarankan berbahan ramah lingkungan.
"Kami imbau agar panitia kurban menggunakan wadah yang ramah lingkungan, seperti daun pisang, daun talas, besek bambu, besek daun kelapa,"
"Besek daun pandan atau bahan ramah lingkungan lainnya yang mudah dijumpai di Jakarta," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih.
Source | : | Gridhealth |
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | optimization |
KOMENTAR