Kepekaannya pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang kemudian menjadi spiritualitas Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada 1965.
Hingga lebih dari setengah abad kemudian Kompas Gramedia berkembang menjadi bisnis multi-industri, Jakob Oetama tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan.
Baginya, “Wartawan adalah Profesi, tetapi Pengusaha karena Keberuntungan.”
Baca Juga: Resep Strawberry Sparkling Juice Enak, Minuman Ala Cafe yang Segarnya Nampol Banget
Semasa hidup, Jakob Oetama dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan
kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang ‘nguwongke’ dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
Almarhum berpegang teguh pada nilai Humanisme Transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia.
Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
“Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik,
tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia. Beliau sekaligus
teladan dalam profesi wartawan yang turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia.
Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya,” kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral.
Tentang Jakob Oetama
Jakob Oetama adalah lulusan Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan.
Sambil mengajar SMP, ia mengikuti Kursus B-1 Ilmu Sejarah hingga lulus.
Ia kemudian melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Jurusan Ilmu Komunikasi Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada hingga tahun 1961.
Jakob Oetama menerima gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas
Gadjah Mada pada 2003.
KOMENTAR