Anehnya, itu keringat dingin, bukan hangat. Dingin sekali.
Sedetik keringat menderas, tiba-tiba dada juga terasa sesak, diikuti tengkuk hingga bahu yang menegang.
Fun City, tempat permainan anak Margo City, Depok, tempat saya berdiri itu, seperti pelan-pelan menyempit, mengimpit. Pikiran saya mulai kalut.
Maklum, baru kali ini mendadak kondisi badan drop secepat itu dengan tanda-tanda yang aneh, tak biasanya.
Ketika itu, rasa sesak di dada semakin menjadi. Awalnya memang sesak biasa, tetapi perlahan-lahan makin terasa nyeri, seperti diremas-remas dengan keras, bahkan lebih dari itu, seperti diinjak-injak. Napas makin sulit.
"Aneh, kok begini," batin saya.
Maklum, perubahan kondisi tubuh mendadak seperti ini baru saya alami.
Rasanya seperti masuk angin, tetapi anehnya bukan seperti masuk angin biasa. Lebih dari masuk angin.
Pelan-pelan saya coba bernapas. Keringat makin deras. Kaki juga mulai lemas. Ada sekitar hampir tiga menit perubahan aneh itu berlangsung pada diri saya. Saya lalu panggil kedua anak saya.
"Abang, adik, ayo udahan dulu mainnya. Dada ayah sesak, ayah mau ke dokter sekarang. Nanti kalau ketemu ibu, kamu bilang ke ibu ya, Bang, dada ayah sesak dan keluar keringat dingin," kata saya kepada kedua putra saya, Azka (9) dan Azzam (5).
Source | : | Gridhealth |
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR