SajianSedap.com - Memasuki Desember 2022, sejumlah bahan pangan termasuk telur mengalami kenaikan harga.
Awal November 2022 lalu, harga telur berkisar Rp 28.200 per kilogram.
Kini, mencapai Rp 30.200 atau naik sekitar 5,59 persen, dikutip dari EWS Kemendag.
Dilansir dari KompasTV, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, harga telur ayam ras naik dikarenakan meningkatnya permintaan.
Pasalnya, jelang Natal dan Tahun Baru, banyak masyarakat yang membuat kue dan camilan menggunakan telur sebagai bahan baku.
Kenaikan harga telur ayam yang menjadi salah satu kebutuhan pokok tersebut, sontak dikeluhkan masyarakat terutama kaum ibu rumah tangga.
Imbasnya, sejumlah masyarakat pun memilih beralih membeli telur ayam yang sudah retak dan pecah yang dijual lebih murah dari pasaran.
Bahkan permintaan akan telur yang sudah retak terus meningkat menyusul naiknya harga telur ayam beberapa waktu terakhir.
Salah satu pedagang telur ayam di Pasar 10 Ulu Palembang, Marini mengatakan belum ada perubahan harga baik telur ayam ras, ayam kampung, dan telur bebek.
"Harganya masih stabil belum ada yang berubah," katanya kepada Sripoku.com, pada Jumat (18/11/2022) lalu.
Dikatakannya saat ini pun pembeli sudah mulai terbiasa dengan harga tersebut, dimana sebelumnya konsumen banyak yang menolak kenaikan harga telur ayam dengan mengurangi jumlah pembelian.
"Sekarang mereka sudah terbiasa, kalaupun mau cari yang murah mereka biasa ambil yang kondisi cangkang udah retak," sambungnya.
Salah seorang pembeli bernama Husna (45) mengatakan saat harga telur naik dirinya terpaksa membeli telur BS karena perbedaan harga yang jauh.
"Kami biasa beli telur BS, karena harganya murah dan ini kan cuma cangkangnya yang retak sedikit, InsyaAllah masih aman untuk konsumsi," ungkapnya.
Memang tak bisa dipungkiri, telur menjadi pilihan banyak orang sebab harganya yang jauh lebih murah dibandingkan sumber protein lain seperti daging.
Namun ketika hal terjadi seperti sekarang ini, banyak ibu rumah tangga memutar kepala mendapatkan telur sebagai makanan sehari-hari seperti biasanya.
Karena memang tak sedikit rumah tangga mengolah telur untuk lauk makan setiap hari.
Sebab selain murah dan mudah didapat, telur juga cukup bergizi dengan banyak kandungan gizinya. Sehingga tentu tak kalah menyehatkan dengan lauk hewani lainnya.
Selain kandungan proteinnya yang tinggi, telur juga mengandung vitamin A, D, E, K, B2, B5, B12, B6, asam folat, kalsium, selenium, dan masih banyak lagi.
Namun kandungan ini bisa tak berarti sama sekali ketika telur sudah tak aman dikonsumsi karena beberapa faktor.
Telur yang aman dikonsumsi sendiri umumnya memiliki cangkang mulus tanpa ada retakan sama sekali.
Sementara kondisi cangkang telur yang retak masih kerap dipertanyakan keamanan konsumsinya.
Dikutip dari Our Everyday Live, telur retak bisa jadi aman dikonsumsi atau justru sebaliknya, berbahaya bagi tubuh.
Aman atau tidaknya mengonsumsi telur retak dapat dilihat dari kapan retakan pada telur itu terjadi.
Jika telur sudah retak saat masih di toko bahan makanan, sebaiknya hindari membeli dan mengonsumsi telur tersebut.
Sebab tidak ada yang bisa memastikan berapa lama telur sudah retak dan dibiarkan di rak penjualan.
Bakteri akan masuk ke dalam putih atau kuning telur melalui retakan pada cangkangnya, seperti dikutip Better Homes & Gardens.
Peneliti asal Taiwan menemukan bahwa salmonela kemungkinan besar ditemukan dalam telur retak.
Dikutip dari laman Food and Drug Administration, kebanyakan orang yang terinfeksi salmonela akan mengalami diare, demam, kram perut, dan muntah selama 12-72 jam setelah terinfeksi.
Bahkan, bakteri penyebab keracunan makanan ini dapat menyebabkan kematian jika tersebar dari usus ke aliran darah dan tidak segera diobati dengan antibiotik.
Seperti yang pernah terjadi pada keluarga pasangan suami istri, Suyitno (45) dan Surati (40), warga Desa Kiyoten, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, yang mengalami keracunan telur pada tahun 2014 silam.
Sekeluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan tiga orang anaknya mengalami keracunan seusai mengonsumsi telur rebus.
Telur itu dibeli dengan harga murah, yakni Rp 6.000 per 10 biji di Pasar Desa Bug Duwur, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
Baca Juga: Gas Bocor Gak Cuma Ada Baunya, Kalau Terjadi 3 Hal Ini Coba Cek Kondisi Kompor Gas di Dapur, Bahaya!
Ironisnya, salah seorang dari anak pasangan suami istri ini, yakni M Agung Widodo (13) akhirnya meninggal.
Diduga, siswa kelas 7 salah satu SMP Negeri di Kabupaten Ngawi ini mengalami dehidrasi sejak mengalami keracunan telur rebus itu.
Sementara itu, berbeda dengan telur retak di supermarket, telur yang tidak sengaja retak bahkan pecah di rumah, masih aman dikonsumsi.
Namun, telur retak memerlukan penyimpanan dan pengolahan khusus daripada telur yang masih utuh.
Cara menyimpan telur segar tidak bisa asal ditaruh begitu saja di kulkas.
Telur retak harus dimasukkan ke dalam wadah bersih dan kedap udara.
Selanjutnya, wadah berisi telur retak bisa disimpan di kulkas dan tahan hingga dua hari ke depan.
Jika ingin mengolah telur retak ini, kamu harus memastikan telur dimasak hingga matang untuk mematikan bakteri di dalamnya.
Suhu matang setiap olahan telur berbeda. Khusus omelet, telur rebus, dan frittata, telur bisa dimasak hingga mencapai suhu 71 derajat celsius.
Sementara telur dadar harus dimasak sampai dengan suhu 62-65 derajat celsius, serta telur orak-arik harus dimasak hingga mencapai suhu 62-70 derajat celsius.
Baca Juga: Gas Bocor Gak Cuma Ada Baunya, Kalau Terjadi 3 Hal Ini Coba Cek Kondisi Kompor Gas di Dapur, Bahaya!
Selain itu, telur juga bisa menjadi sumber keracunan makanan jika dikonsumsi mentah atau setengah matang.
Menurut ahli diet Beth czerwony, mengonsumsi telur mentah bisa menimbulkan infeksi bakteri salmonella.
"Satu dari 20,000 telur mengandung salmonella. Karena itu, sebaiknya kita tidak memakan telur secara mentah," ucap dia.
Infeksi salmonella bisa memicu diare, kram perut, mual, muntah, dan dehidrasi.
"Anda benar-benar bisa memiliki beberapa masalah kesehatan yang parah," tambahnya.
Infeksi salmonella bisa menyerang siapa saja. Namun, hal ini rentan terjadi pada orang dengan sistem kekebalan lemah (seperti kanker, HIV atau AIDS) atau penyakit radang usus (seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn).
Selain telur, infeksi salmonella bisa datang dari makanan yang tidak dicuci, daging mentah, dan makanan kemasan.
Jadi pastikan untuk membeli telur yang aman dikonsumsi dan mengolahnya dengan benar.
Infeksi bakteri pada telur ini bisa menimbulkan masalah serius yang tak boleh dianggap remeh.
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR