Buah dan jus juga merupakan dua menu sarapan yang cukup umum dan bagi kebanyakan orang, menu tersebut cukup menyehatkan.
Namun, buah dan jus tertentu dianggap memiliki sifat asam, seperti jeruk, nanas dan jus tomat.
Mengkonsumsinya ketika sarapan bisa memicu gejala refluks asam dengan mengiritasi esofagus yang sudah meradang.
Asam dalam buah dan jus tersebut juga dapat mengaktifkan pepsin, enzim yang ditemukan dalam cairan lambung dan bertanggung jawab untuk memecah protein.
Menurut Triological Society, setiap pepsin yang diaktifkan di kerongkongan dapat merusak lapisannya.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari buah atau jus yang memperparah gejala.
Apel, pisang, alpukat, semangka, melon, dan pir adalah contoh buah dengan asam rendah yang mungkin bekerja lebih baik.
Minum susu juga bisa menjadi alternatif karena cenderung ditoleransi dengan baik.
Namun, susu rendah lemak atau susu tanpa lemak mungkin menjadi pilihan yang lebih baik daripada susu murni.
Makanan alkali juga dapat mengurangi keasaman lambung, termasuk susu nabati seperti almond dan kedelai.
Meski begitu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan keefektifan pendekatan ini.
Baca Juga: Waspada! Ini Macam-macam Sayuran Pemicu Asam Lambung Sering Naik Sering Kambuh
Makan berlebihan dapat memicu asam lambung naik. Itu karena perut tetap buncit ketika ada banyak makanan di dalamnya.
Ada otot yang terletak di antara kerongkongan dan perut Anda.
Kerongkongan Anda adalah tabung yang memungkinkan makanan lewat dari mulut Anda ke perut Anda, dan otot antara itu dan perut Anda disebut sfingter esofagus bagian bawah atau LES.
Semakin perut Anda tetap buncit, semakin besar kemungkinan LES tidak akan menutup dengan benar.
Ketika tidak menutup, itu tidak dapat mencegah makanan dan cairan lambung naik kembali ke kerongkongan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Catat, Ini Menu Sarapan yang Harus Dihindari Penderita Gerd
7 Manfaat Minum Air Dingin yang Jarang Orang Tahu, Selema Ini Sering Dikira Bikin Batuk
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR