Pada siklus pembilasan terakhir, tambahkan kembali cuka ke dalam mesin cuci. Biarkan siklus pembilasan berjalan lalu gunakan air saja di siklus pembilasan terakhir.
Coba cium seprai untuk memastikan bau keringat sudah hilang. Jika bau keringat masih menempel, coba ulangi siklus pencucian.
Gantung seprai hingga kering di bawah sinar matahari, sinar matahari tak hanya membuat seprai kering tetapi juga menghilangkan bau cuka yang tersisa.
Setelah kering pastikan aroma bau keringat pada seprai sudah hilang.
Jika baunya hilang, masukkan seprai ke dalam pengering selama beberapa menit untuk melembutkannya dan menghilangkan kerutan setelah mengering di luar.
Jika kamu tidak memiliki area dengan sinar matahari yang cukup, gunakan pengering untuk mengeringkan seprai.
Keringkan seprai sesegera mungkin agar seprai tidak menjadi lembab dan berbau apek. Kamu tidak perlu menambahkan pelembut kain karena dapat meninggalkan residu.
Keluarkan seprai dari pengering setelah kering. Cium baunya untuk memastikan bau badan hilang dari kain. Ulangi proses pencucian jika perlu untuk menghilangkan bau sepenuhnya.
Lifehacker melaporkan bahwa air beras adalah salah satu rahasia di balik mengapa seprai hotel sangat lembut.
Untuk menggunakan air beras pada sprei kasar, ikuti langkah-langkah berikut ini:
Seorang blogger, Shannon Lush merekomendasikan menambahkan 236 mililiter air cucian beras ke dalam 472 mililiter air biasa, lalu aduk rata.
Setelah itu, tuangkan satu cangkir larutan air beras ke dalam slot kondisioner kain pada mesin cuci dan setengah cangkir langsung ke dalam mesin cuci.
Anda akan mendapatkan seprai yang halus, tahan kerutan, dan terasa sangat nyaman.
Lush merekomendasikan menyimpan air cucian beras dalam stoples di ruang mencuci dan menambahkan dua sendok makan selama bilasan terakhir.
"Itu akan membuat seprai Anda terasa segar seperti di hotel dan menyerap keringat lebih baik, bahkan merawat kulit," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cara Efektif Menghilangkan Bau Keringat pada Seprai
Source | : | kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR