SajianSedap.com - Siapa yang suka makan tahu bulat?
Tahu bulat sekarang ini hampir kita temukan di mana-mana.
Kalau mau beli tahu bulat, kita tinggal dengarkan saja suaranya yang khas.
Ya, suara rekaman "Tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih gurih nyoi..." ini sangat melegenda.
Bahkan jingle ini tanpa sadar sudah dihafal semua orang.
Biasanya penjual tahu bulat ini akan melintas dengan mobil ataupun motor dengan suara rekaman tersebut.
Tapi, belum banyak yang tahu kisah untuk di balik rekaman tahu bulat digoreng dadakan itu, nih!
Apakah kamu penasaran suara siapakah yang mengisinya?
Yuk simak jawabannya berikut ini.
Melansir dari Wartakotalive, kisah di balik suara tahu bulat digoreng dadakan ini yang melegenda ini pun ditanyakan kepada penjual tahu bulat, Ade.
Ia mengatakan bahwa suara yang diputar berulang-ulang ini ternyata merupakan rekaman suara pemiliknya, loh!
Baca Juga: Resep Tahu Bulat Isi Goreng, Camilan Low Budget yang Pasti Digemari Keluarga
Tempat rekaman suara tahu bulat ini pun ternyata direkam di kontrakan.
"Itu bos saya yang ngerekam suaranya di kontrakan," kata seorang penjual tahu bulat, Ade seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Ade juga menjelaskan bahwa rekaman suara tersebut sudah dipakai sejak tahu bulat berkembang di daerah Cianjur.
Ia menceritakan, tahu bulat ini awalnya berkembang di daerah Cianjur dan Sukabumi selama hampir dua tahun.
Lalu, karena sudah tidak begitu ramai lagi, akhirnya para pedagang ini pindah ke wilayah Jakarta, Bogor, dan sekitarnya.
Sistem penjualan tahu bulat ini terbilang sistematis.
Para penjual tahu bulat ini tergabung dalam grup-grup. Grup terdiri atas tujuh mobil pedagang tahu bulat.
Para pedagang ini datang dari daerah Cianjur dan Serang.
Di Bogor, para pedagang dari satu grup berkumpul di satu kontrakan di wilayah Jambu Dua.
"Nah, kalau rekaman suaranya sama, berarti itu dari satu grup," ujar Ade.
Baca Juga: Tips Menggoreng Tahu Bulat Kopong Seenak Pedagang Keliling, Rahasianya Ada di Api Kompor
Para pengelola menyediakan bahan utama berupa tahu bulat yang didatangkan dari wilayah Cianjur dan Tasikmalaya.
Lalu, untuk mobil, para pengelola menyewakannya kepada para pedagang dengan biaya Rp 100.000, sudah lengkap dengan tempat penggorengan dan atap terpal.
"Sehari paling harus keluar uang Rp 50.000 untuk bensin. Minyak goreng dan bumbu sekitar Rp 90.000. Belum lagi untuk uang makan dua kali sehari, minimal 20.000 harus ada," katanya.
Setiap satu butir tahu bulat yang terjual, ia harus menyetor kepada pengelola sebesar Rp 250.
Dalam sehari, ia bisa mengantongi laba bersih sekitar Rp 100.000.
"Lumayan di Bogor kalau jualan. Dibanding di Cianjur, paling kita cuma bisa dapat Rp 30.000 saja sehari," kata Ade, yang berasal dari Cianjur ini.
Nah, sudah tahu kan bagaimana sejarah dari suara rekaman "tahu bulat digoreng dadakan" yang melegenda tersebut?
Semoga berguna ya, Sase Lovers!
(Yudhi Maulana)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Cerita di Balik Rekaman Suara Tahu Bulat Digoreng Dadakan.
Baca Juga: Cara Goreng Tahu Bulat Kopong, Jaminan Antigagal Seperti Buatan Pedagang
KOMENTAR