SajianSedap.com - Tahun Baru Imlek, juga dikenal sebagai Tahun Baru Cina, dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
Perayaan ini tidak hanya dirayakan di China, tetapi juga di berbagai negara di seluruh dunia, terutama di daerah dengan populasi Tionghoa yang signifikan.
Perayaan Imlek ini dirayakan dengan berbagai tradisi yang kaya warna dan bermakna, termasuk di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu perayaan Imlek di Indonesia yang cukup terkenal adalah Grebeg Sudiro di Kota Solo.
Ini adalah perayaan tahunan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat lokal dan wisatawan di Kota Solo untuk menyambut Tahun Baru Imlek di Kota Solo.
Ada berbagai acara dari karnaval hingga menghadirkan gunungan kue keranjang khas Imlek.
Seperti apa acaranya? Simak berikut ini.
Dilansir dari laman surakarta.go.id, Grebeg Sudiro berasal dari pengembangan tradisi Buk Teko yang berlangsung di Kampung Balong, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.
Seperti diketahui, Kampung Balong adalah permukiman pertama yang dihuni oleh warga keturunan Tionghoa di Kota Solo.
Buk Teko berasal dari istilah setempat yaitu Buk berupa tempat duduk dari semen di tepi jembatan atau di depan rumah, dan Teko yang bermakna poci, tempat air, atau tempat teh.
Dimulai pada tahun 2017, warga di Kampung Balong mencetuskan ide untuk mengembangkan dan memelihara tradisi menjelang Imlek yang sudah berlangsung sejak masa Paku Buwono X berkuasa tersebut.
Baca Juga: 3 Cara Ampuh Membuat Lapis Legit yang Lembut Sempurna! Siap-siap Jadi Menantu Kesayangan
Layaknya upacara adat serupa di Jawa, istilah Grebeg Sudiro juga memiliki arti tersendiri.
Adapun nama Grebeg Sudiro diambil dari istilah Grebeg atau gumrebeg yang artinya riuh atau keramain, yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan.
Sedangkan Sudiro, diambil dari nama kelurahan lokasi Kampung Balong yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa yakni Sudiroprajan.
Grebeg Sudiro menjadi tradisi Imlek di Indonesia yang terbilang cukup menarik dan unik. Hal ini karena adanya proses akulturasi yang harmonis antara budaya Jawa dengan budaya masyarakat Tionghoa.
Dilansir dari laman indonesia.travel, salah satu wujud akulturasi tersebut hadir dalam bentuk gunungan. Apabila biasanya gunungan berisi hasil bumi, maka gunungan pada tradisi Grebeg Sudiro akan berisi kue keranjang, penganan khas dalam tradisi Imlek.
Ada pula gunungan kecil yang berisi kue tradisional lain mulai dari cakwe, janglut, bakpao, onde-onde, gembukan, keleman, dan lain sebagainya.
Gunungan ini dan beberapa gunungan lainnya biasanya akan diarak bersamaan dengan parade kesenian dan budaya Tionghoa dan budaya Jawa, untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Selain itu, jalanan di sekitar Pasar Gede juga biasanya akan dihias dengan lentera khas Imlek yang akan semakin membuat semarak suasana.
Kemeriahan Grebeg Sudiro memang menjadi ciri khas perayaan Imlek di Kota Solo yang mampu menjadi daya tarik wisatawan.
Setelah sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, Grebeg Sudiro kembali dihelat di tahun 2023 lalu dan di tahun 2024 ini.
Dilansir dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, Grebeg Sudiro tahun 2024 bertajuk "Bersatu dalam Kebhinekaan" yang digelar mulai 27 Januari hingga 10 Februari.
Dengan diawali acara umbul mantram pada 27 Januari, bazar potensi dan perahu wisata dari 28 Januari hingga 10 Februari, dan karnaval budaya pada 4 Februari.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Grebeg Sudiro, Kemeriahan Tradisi Perayaan Imlek Khas Kota Solo
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR