Kerumunan orang terlihat di depan gerbang selatan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung di Jalan Dipatiukur menjelang sore hari. Sebuah motor beroda tiga dengan bak terbuka rupanya yang menarik kerumunan orang yang umumnya berstatus mahasiswa. Namun bukan soal motornya yang unik, melainkan apa yang ada di bak belakang motor ini. Puluhan lauk pauk dan nasi yang dibungkus dalam ukuran kecil siap untuk dicomot dengan harga murah-meriah. “Makanya saya namakan saja Nasi Comot,” jelas Muhamad Abdur Rifai (31), sang pemilik kedai Nasi Comot.
Terinspirasi nasi kucing
Pria yang akrab disapa Rifai ini mengakui jika usaha ini terinspirasi dari konsep nasi kucing yang populer di Yogyakarta. “Kalau saya ke Yogya, pasti saya sempatkan berburu nasi kucing di angkringan yang banyak tersebar di berbagai jalanan,” kisahnya.
Ia pun melihat, konsep angkringan ini mulai merambah di beberapa kota lain, termasuk Jakarta dan Bandung. Namun angkringan yang mulai bermunculan ini tetaplah angkringan asal Yogya yang menurutnya kurang menonjol. Disitulah ia mulai berpikir untuk membuat konsep yang diadopsi dari nasi kucing Yogyakarta, namun memiliki sentuhan lokal khas Sunda.
Bersama sang istri, Vina Adriana (30), Rifai pun mulai meracik beberapa menu yang sesuai dengan selera orang Sunda. “Kalau nasi kucing Yogya biasanya lauknya manis. Kalau orang Sunda sukanya menu yang gurih dan pedas,” jelasnya.
Setelah semua siap, Rifai pun mulai memikirkan konsep berjualan. Ia enggan menggunakan gerobak ala angkringan karena harus menetap dan sulit berpindah. “Padahal saya juga belum tahu apakah lokasinya nanti bagus atau tidak,” pikirnya.
Akhirnya konsep ini ia wujudkan dengan menggunakan sebuah mobil bak terbuka yang lebih praktis. Semua makanan disajikan di bak belakang, dan ia pun tak perlu repot membongkar pasang serta membawa gerobak. “Dengan bak mobil terbuka kita lebih praktis, lebih cepat, dan mudah berpindah tempat,” imbuhnya.
Kawasan gerbang selatan Unpad ia bidik sebagai tempat berjualan. Selain banyak sekali mahasiswa yang menjadi pasar potensial, lokasinya juga sangat strategis. Namun lokasi ini hanya boleh digunakan para pedagang kaki lima untuk berjualan mulai malam hari. Baginya, tak masalah karena konsep nasi kucing pun di daerah asalnya pun lebih ramai di malam hari. Kedai ini diberi kesempatan membuka kedai mulai pukul 19.00 hingga tengah malam.
Menu khas Sunda
Nah, kini saatnya mencicipi nasi comot ala Rifai. Pada dasarnya, comot memiliki dua makna baginya. Pertama, comot bermakna diambil dengan tangan. Yang kedua, dalam bahasa Sunda comot bermakna sedikit. “Jadi sacomot itu istilahnya hanya mengambil sedikit. Itu merujuk ke porsinya yang kecil-kecil,” imbuhnya.
Banyak menu yang bisa Anda pilih. Namun kita mulai dulu dari nasinya. Apa istimewanya? Rupanya nasi yang dibungkus kecil-kecil ini mengalami proses khusus, yaitu diakeul. Dalam bahasa Sunda, akeul berarti mengipas nasi yang baru matang hingga suhunya dingin. “Cara ini membuat nasi lebih awet dan pulen,” jelas Rifai.
Untuk nasinya pun ada beberapa jenis, yaitu nasi teri kering, nasi tempe, dan nasi tongkol bumbu merah. Sementara lauknya tak kalah beragam, mulai dari sate usus, kulit ayam, brutu, gehu (tahu isi), bala-bala (bakwan), mendoan, sate telur puyuh, sate kornet, sate dendeng sapi, hingga ayam goreng. Lauk-pauk ini harganya berkisar antara Rp 1.000 – Rp 2.000 saja, kecuali ayam goreng Rp 6 ribu per potong.
Semua lauk bisa Anda pilih sendiri sesuai isi kantong karena setiap jenis lauk sudah ditandai harganya dengan kertas berlogo mirip cepot. Totalnya ada 22 jenis lauk. “Jadi pembeli bisa langsung menghitung budget makannya,” imbuh Rifai.
Untuk nasi, tersedia piring bambu sebagai wadahnya karena rata-rata pengunjung menghabiskan minimal 2 bungkus nasi. Sedangkan lauknya bisa diambil menggunakan piring plastik untuk diserahkan ke meja penggorengan.
Semua menu juga bisa disantap hangat. Berbeda dengan si Yogya, sambungnya, umumnya lauknya dibakar karena bercitarasa manis. “Kalau Nasi Comot lauknya rata-rata rasanya gurih sehingga lebih cocok digoreng,” jelasnya.
Selain nasi dan lauk, Rifai juga melengkapi kedainya dengan camilan ringan seperti pisang karamel, nanas karamel, dan keju karamel.
Ganti konsep
Merintis usaha tentu tak mudah. Awal berjualan, Rifai hanya bisa menjual 50 bungkus nasi comot buatannya. Kondisi ini berlangsung terus selama satu bulan. Melihat kondisi ini, Rifai putar otak. Kedainya harus ramai agar menarik lalu-lalang orang di sekitar kampus. “Saya ajak saja teman-teman saya untuk datang berkunjung sehingga terlihat ramai,” jelas pria yang juga jebolan Unpad ini.
Usahanya cukup sukses. Perlahan-lahan keramaian di kedainya mulai menarik berbagai kalangan yang melintas. Tak hanya mahasiswa yang terpancing mencicipi, namun juga karyawan, hingga keluarga. Perlahan-lahan omsetnya pun mulai melesat. Saat ini lebih dari 200 bungkus nasi yang harus ia siapkan. Tentu saja hal itu juga diikuti dengan jumlah lauk-pauk yang juga meningkat.
Saat usahanya tengah melaju, datang lagi cobaan. Sebagian kawasan kakilima di bagian utara kampus ditertibkan sehingga harus berpindah ke bagian selatan, yaitu tempat mangkal kedai Nasi Comot. Alhasil, melalui kesepakatan para pedagang akhirnya mereka berbagi tempat untuk berdagang. Rifai pun harus merelakan lapaknya yang cukup besar untuk dibagi dua bersama pedagang lain.
Hal ini pun berimbas pada konsep mobil bak terbuka yang terlalu besar untuk berjualan. Tak kurang akal, ia pun mengganti mobil pick up miliknya dengan motor bak broda tiga yang lebih kecil dan praktis. “Konsepnya tetap sama, hanya diperkecil saja menggunakan motor,” jelasnya.
Roda bisnisnya pun tetap mengalir meskipun berganti konsep. Rupanya nama Nasi Comot sudah telanjur melekat dan punya banyak penggemar. Bagi masyarakat yang ingin sekadar mengganjal perut dengan biaya murah, Nasi Comot menjadi pilihan jika melintas malam hari di kawasan Dipatiukur.
Untuk mengembangkan bisnis, Rifai pun kini sedang mengonsep kemitraan Nasi Comot berdasarkan permintaan para pelanggannya. “Ada yang ingin bekerja sama, ada juga permintaan pelanggan yang rumahnya jauh dari sini. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah bisa terwujud,” imbuhnya.
Nah, Anda ingin mencicipi lezatnya nasi kucing ala Bandung? Coba saja nasi comot, celemat-celemot.
Alamat :
Nasi Comot
Jl. Dipatiukur, Gerbang Selatan Unpad, Bandung
Telp 085221570969
KOMENTAR