Sebelum sampai di meja makan, kolang-kaling menjalani beberapa kali proses pengolahan, mulai dari pembakaran, perebusan, perendaman, hingga penyimpanan selama beberapa hari. Proses pengolahan ini bertujuan untuk membuang getah beracun serta membuat teksturnya jadi kenyal. Sekalipun mungkin vitaminnya sudah habis selama proses pemanasan dan penyimpanan, kita masih bisa mendapatkan zat-zat gizi yang stabil terhadap panas dan penyimpanan seperti serat, mineral kalsium dan fosfor, serta sedikit protein.
Kolang-kaling mengandung protein dan mineral karena sebetulnya ia adalah biji muda yang kalau dibiarkan tua bisa menjadi benih. Makin tua umur biji saat dipanen, makin keruh warnanya dan makin liat teksturnya karena makin tinggi kandungan proteinnya. Sebaliknya, makin muda umurnya, makin bening warnanya, dan makin lembut teksturnya.
Kolang-kaling sebetulnya juga mengandung sedikit karbohidrat tapi nilai kalorinya sangat kecil sehingga cocok digunakan sebagai menu berbuka. Mengenyangkan tanpa menambah kalori. Kandungan seratnya juga bisa membantu mencegah sembelit. Tapi karena serat kolang-kaling cukup liat, sebaiknya kita mengunyahnya sampai lembut agar serat bisa bekerja optimal di usus.
Namun, di sisi lain kolang-kaling juga berisiko mengandung pengawet keras atau pewarna berbahaya. Seperti kita tahu, kolang-kaling bukan buah segar. Buah ini mudah basi dan berlendir selama perendaman. Agar lebih awet, mungkin saja kolang-kaling itu sempat direndam dengan pengawet keras. Makin kuat pengawetnya, dan makin lama diawetkan, warna kolang-kaling biasanya menjadi semakin keruh. Agar terhindar dari pengawet berbahaya, sebelum kolang-kaling dijadikan campuran kolak atau es, kita bisa merebusnya lebih dulu dan membuang airnya.
Zat berbahaya bisa juga berasal dari pewarna tekstil yang mungkin digunakan pada kolang-kaling warna-warni. Ketajaman warna semata-mata tidak bisa kita gunakan sebagai dasar untuk menebak jenis pewarna yang digunakan. Sebab, ada juga pewarna makanan yang warnanya menyala dan mencolok seperti pewarna tekstil. Paling aman, sebaiknya pilih kolang-kaling yang masih bening. Di rumah, kita bisa mewarnainya sendiri dengan cara merendamnya menggunakan pewarna makanan. Jangan sampai hanya karena ingin kolak atau es enak, lantas kita takjil dengan pewarna tekstil.
Baca juga:
KOMENTAR