SajianSedap.id – Anak-anak cenderung penasaran dengan benda-benda disekitar.
Apalagi jika berurusan dengan makanan.
Apa yang dimakan orang tua, tidak jarang mengundang perhatian.
Tapi jangan lupa perhatikan apa yang dimakan, apakah berbahaya bagi anak atau tidak.
BACA JUGA: Cuma Bermodal Sendok Makan, Kantung Mata Hilang Dalam Tiga Hari!
Jangan sampai kejadiannya seperti ibu yang satu ini.
Videonya jadi viral karena dituduh siksa anaknya karena suapi wasabi.
Lihat info dan video lengkapnya di bawah ini.
BACA JUGA: Ternyata Bisa Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga, Audy Item Bagikan Caranya!
Penyiksaan Atau Bukan?
Video anak-anak biasanya menghibur.
Salah satunya berbagai macam reaksi anak makan lemon untuk pertama kalinya.
Hampir semua balita mengerutkan wajahnya karena rasa asam.
Sebenarnya, video ini hampir sama maksudnya.
BACA JUGA: Ternyata Bisa Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga, Audy Item Bagikan Caranya!
Bedanya kali ini sang ibu menggunakan wasabi.
Awalnya saat ditanya ingin mencoba wasabi atau tidak, si anak menjawab tidak.
Namun ketika disodorkan dan Ia menjilat dalam jumlah yang sangat kecil, Ia terdiam dan tidak lama kemudian berkata “Help (Tolong)” dengan suara kecilnya.
Simak videonya berikut ini.
BACA JUGA: Rasakan Sensasi Unik Sayuran Goreng Kremes Bumbu Opor Ini
Pada kolom komentar, banyak yang mengatakan kalau si ibu sangat tega.
Pasalnya wasabi punya efek membakar pada lidah.
Namun ada juga yang membela dengan mengatakan kalau si anak hanya menjilat dan bukan memakan wasabi.
BACA JUGA: Bukan Cuma BPOM, Dr. Reisha juga Haramkan SKM untuk Anak, Ini Sebabnya
Lagipula, meski wajahnya mencerminkan ketidak sukaannya pada rasa wasabi, namun sang anak tidak menangis.
Dilansir dari website Parenting Healthy Babies, memberikan anak jumlah kecil wasabi tidak membahayakan.
Justru wasabi bisa jadi obat pencernaan yang mujarab.
Bagaimana menurut Anda?
Apakah sang ibu menyiksa anak atau tidak?
BACA JUGA: Enggak Gengsi! Nana Mirdad Tunjukkan Makannya Lebih Banyak Daripada Suami, Ampun Porsinya
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Editorial Sajian Sedap |
KOMENTAR