SajianSedap.com - Sebelum meninggal, Ani Yudhoyono punya tubuh yang semakin kurus hingga tangannya penuh jarum suntik.
Ternyata bukan pengobatan, Ani Yudhoyono cuma punya satu cara untuk sembuh sebelum meninggal dunia.
Kepergian Ani Yudhoyono untuk selama-lamanya menjadi duka mendalam bagi masyarakat Tanah Air.
Selama 4 bulan, Ani Yudhoyono bertarung melawan kanker darah yang membuatnya semakin kurus hingga tak nafsu makan.
Menjelang ajal menjemput, kondisi Ani Yudhoyono begitu memperihatikankan.
Selain kurus, tangannya juga dipenuhi jarum suntik.
Baca Juga: Wow, Kreasi Menu Buka Puasa Jadi Menarik Kalau Ditambahkan Bahan Ini!
Kondisi Ani Yudhoyono sebelum meninggal
Sebelum meninggal, kondisi Ani Yudhoyono sempat menurun.
Awalnya, Ia diketahui tak nafsu makan lantaran lidahnya mati rasa akibat efek kemoterapi.
Akibatnya, tubuhnya dan wajahnya terlihat makin kurus dan lemas.
Bahkan, mantan ibu Negara ini juga disebut harus dipapah untuk berjalan.
Yang jadi perhatian adalah kondisi lengan nenek 4 orang cucu ini saat keluar dari RS.
Perhatikan baik-baik, deh, di lengan Ani nampak banyak jarum masih menempel.
Jarum-jarum itu dibiarkan masih menusuk di lengan Ani walau tak ada selang yang menempel di sana.
Bisa jadi, jarum tersebut jadi tempat masuknya obat sampai infus selama pengobatan.
Namun, saking bahagianya bisa keluar dari RS, Ani nampaknya tidak merasa terganggu dengan keberadaan jarum yang menggelantung di lengannya.
Ia bahkan masih bisa merentangkan tangan dengan semangatnya.
Punya rahasia agar sembuh
Sejak didiagnosis dengan kanker darah, istri dari Presiden RI ke-6, ibu Ani Yudhoyono, dirawat di National University Hospital, Singapura.
Ibu Ani Yudhoyono juga secara bertahap mengikuti semua proses pengobatan yang disarankan oleh dokter demi kesembuhannya.
Kabarnya, ibu Ani Yudhoyono akan menjalani proses operasi transplantasi sumsum tulang yang didonorkan oleh adiknya sendiri, Pramono Edhie Wibowo.
Walaupun semua prosedur pengobatan yang dijalaninya tentu tidak mudah, istri dari Susilo Bambang Yudhoyono ini selalu terlihat semangat dan berpikir positif.
Atas semangat dan keyakinan ibu Ani, sang putra, Agus Yudhoyono mengaku ikut merasa senang dan bersyukur.
"Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menjenguk Ibu Ani lagi. Senang sekali rasanya mengetahui bahwa Ibu Ani terus optimistis, serta tetap bersemangat untuk melawan dan mengalahkan kanker darah yang dideritanya," tulis Agus pada unggahannya pada Sabtu (9/3/2019) lalu.
Agus juga berterima kasih pada masyarakat yang telah mendoakan kesembuhan sang ibunda.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini
"Keep fighting Memo @aniyudhoyono... Stay positive dan stay strong. Never, ever, ever, give up!," sambungnya dalam keterangan tersebut.
Selain menjalani serangkaian pengobatan, ternyata semangat adalah salah satu rahasia ibu Ani Yudhoyono dalam melawan penyakit mematikan ini.
Apa hubungannya antara semangat dan kesembuhan suatu penyakit?
Berdasarkan laman Psycology Today, pada dasarnya pikiran dan tubuh saling terkoneksi dan saling memengaruhi satu sama lain.
Dengan kata lain, proses biologis memengaruhi pikiran dan perasaan dan kognisi atau kepercayaan juga memengaruhi kondisi tubuh.
Hubungan rumit ini ditunjukkan dengan baik dalam studi klasik dan kreatif oleh Dutton dan Aron pada 1974.
Dalam studi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas dasar tubuh yang terjadi di latar belakang kesadaran memengaruhi pikiran dan perasaan seseorang.
Namun sama sepeti tubuh memengaruhi pikiran, pikiran juga mampu memberi efek besar terhadap tubuh.
Literatur telah menunjukkan berulang-ulang bahwa pikiran mempengaruhi neurotransmitter, pembawa pesan kimia yang memungkinkan otak untuk berkomunikasi dengan berbagai bagian dirinya dan sistem saraf.
Neurotransmitter mengontrol hampir semua fungsi tubuh, dari merasa senang hingga memodulasi hormon hingga mengatasi stres.
Karena itu, pikiran kita memengaruhi tubuh kita secara langsung karena tubuh menafsirkan pesan-pesan yang datang dari otak untuk mempersiapkan kita menghadapi apa pun yang diharapkan.
Sama halnya dengan yang dilaporkan dalam laman Power of Positivity, pikiran dapat memengaruhi rasa sakit di dalam tubuh.
Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fabrizio Beneditti asal University of Turin Medical School.
Beneditti membawa 100 siswa pergi ke pegunungan Alpen, Italia.
Beberapa hari sebelum perjalanan, dia memberi tahu satu orang dalam kelompok bahwa udara dingin dapat menyebabkan para siswa migrain.
Pada hari perjalanan, desas-desus menyebar ke sekitar seperempat dari kelompok dan mereka yang mendengar desas-desus mengalami sakit kepala terburuk.
Akhirnya Beneditti menguji air liur mereka yang menunjukkan kondisi oksigen rendah di atas apa yang diharapkan.
“Biokimia otak berubah pada individu yang 'terinfeksi secara sosial'. Ungkapan negatif dapat dikomunikasikan kepada teman, tetangga, dan sejenisnya, dan itu menyebar dengan sangat cepat, menghasilkan efek nocebo sosial dalam populasi subjek yang besar," ujarnya setelah melakukan penelitian tersebut.
Para peneliti tidak selalu akan menyarankan untuk mengabaikan perawatan medis demi pemikiran positif.
Akan tetapi, studi-studi ini menunjukkan bahwa cara seseorang berpikir dapat memicu penyakit dan dapat membantu menyembuhkan penyakit itu juga.