"Pada 'adegan' keluar es ini menjadi tanda bagi para tamu bahwa acaranya sudah rampung. Terkesan ngebut karena barisan tamu akan bubar serempak dengan konsep piring terbang ini," jelas Heri.
Lantas kapan waktunya tamu bercengkrama, layaknya sebuah pesta?
Heri menjelaskan, justru tamu bercengkerama saat menunggu makanan dan berada di luar gedung resepsi.
Konsep piring terbang ini memiliki banyak keunggulan.
Selain penyajian yang cepat, konsep ini cocok bagi para penyelenggara resepsi dengan bujet terbatas.
Selain itu makanan juga jadi tidak mubazir.
Sebab baik penyelenggara resepsi dan pihak jasa boga telah memperhitungkan jumlah yang pas untuk penyajian makanan dalam hitungan per porsi.
Sampai sekarang konsep penyajian makanan 'piring terbang' masih sering dilakukan di Solo, khususnya resepsi yang dilaksanakan di gedung.
Saat ini, tambah Heri, konsep piring terbang juga mulai berkembang di pedesaan dan para muda-mudi yang berinisiatif menjadi pramusaji di hajatan.
Wah, unik sekali konsep pernikahannya ya Sase lovers?