SajianSedap.com - Royal Wedding seorang putri Direktur Migas gunakan katering termahal di Solo.
Begini tampilan menu makan para tamu undangan yang sukses bikin ngiler.
Sitha Anisa Puspitasari dan Bagus Surya Laksmana menikah dengan rangkaian acara yang digelar bak pernikahan pangeran dan putri raja Jawa.
Dilansir dari TribunSolo.com, acara pernikahan ini merupakan acara mantu dari seorang pria bernama R.M Happy Paringhadi.
R.M Happy Paringhadi dikenal sebagai direktur sebuah perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi.
Pernikahan anak keduanya yakni dr RAj Sitha Anisa Puspitasari dengan tambatan hatinya Bagus Surya Laksmana bakal digelar mewah, dikemas dalam adat Jawa.
Diikuti ratusan orang
Saking mewahnya, rencana kirab wedding adat Jawa khusus untuk anak keduanya tersebut akan diikuti seratusan orang.
"Pakai kereta kencana, kuda dan nanti ada prajurit tradisional - Wrekso Projo, Lembu Sora, Pokdarwis, musik tradisional juga," kata R.M Happy Paringhadi Wiryodiningrat pada TribunSolo.com, Rabu (17/7/2019) malam lalu.
Persiapan pernikahan ini semuanya dibantu oleh KPH Raditya Lintang Sasongka (BRM Bambang Irawan).
"Kanjeng lintang ini yang membantu persiapan pernikahan adat kraton lengkap sekaligus koordinasi dengan berbagai pihak," kata R.M Happy.
Soal anggaran dan lain sebagainya Happy enggan buka-bukaan.
Malah, Happy, dengan merendah, menolak bila pernikahan anaknya ini disebut sebagai pernikahan mewah.
"Saya orang biasa saja, Mas," ujar Happy dalam wawancara bersama TribunSolo.com.
Menurut dia, acara pernikahan ala Kerajaan Jawa ini tidak ada maksud lain untuk mendekatkan diri dengan adat Jawa.
"Kita uri-uri bersama budaya dan adat Jawa karena saya juga asli Solo dan kelahiran di Baluwarti," papar Happy.
Happy, mengaku lama merantau di luar Jawa dan saat ini sudah kembali ke Purwosari, Laweyan, Solo.
"Walaupun kerja di Jakarta saya rumah di Solo," terang Happy pada TribunSolo.com sembari tersenyum.
Kepada TribunSolo, ia mengaku menggelar pernikahan ini karena begitu mencintai adat Jawa.
Happy, juga merupakan seorang Sentana Dalem, sebuah istilah untuk mereka yang masih berstatus sebagai kerabat keluarga Kraton Surakarta Hadiningrat.
Pernikahan ini masih dibahas juga bersama pihak terkait seperti kepolisian, prajurit keraton, dinas perhubungan dan berbagai pihak lainnya.
Rencana kirab sendiri mulai dari Gedung Wanita "sasana Krida Kusuma" Jalan Menteri Supeno No 1 Manahan Solo menuju Jalan MT.Haryono kemudian berputar melalui Jalan Menteri Supeno kembali lagi ke Gedung Wanita.
Gunakan katering termahal
Meski disebut sederhana, Royal Wedding ini menggunakan jasa katering yang berpengalaman.
Bahkan kedua katering tersebut disebut sebagai katering termahal di Solo.
Dua katering tersebut adalah Katering Kusuma Sari dan Katering Happy Tuti.
Bukan cuma dari masakan yang dikenal enak, kedua katering tersebut juga cukup berpengalaman dalam bisnis.
Salah satunya adalah Kusuma Sari yang sudah terjun dalam bisnis katering sejak 1970.
Bahkan jasa katering ini juga memiliki sejumlah rumah makan di Solo.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
Bukan cuma menu makannya yang terlihat lezat, pernikahan keduanya tetap mengusung konsep 'Piring Terbang'.
Konsep ' piring terbang' bukan hal aneh jika bertamu ke resepsi pernikahan atau acara lain di Solo, Jawa Tengah.
Pemilihan sebutan 'piring terbang' yang unik ini mengacu pada cara penyajian hidangan bagi para tamu yang serba cepat, seakan piring menjadi terbang saking cepatnya.
"Konsep piring terbang sebenarnya memantulkan sesuatu hal yang tergesa-gesa tetapi ada kepraktisan juga di situ," kata Dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri Priyatmoko saat dihubungi KompasTravel, Senin (6/11/2017).
Heri menjelaskan jika konsep piring terbang ini mulai terkenal sejak menjamurnya jasa boga (katering) pada era 1980-an di Solo.
Konsep piring terbang ada karena pihak jasa boga mempelajari kapasitas ruang, ketersediaan waktu, dan jumlah tamu dalam sebuah resepsi.
Untuk membayangkan konsep piring terbang, tamu di suatu resepsi hanya perlu duduk manis di bangku yang telah disediakan.
Pada saatnya tiba, pramusaji akan keluar menghidangkan makanan dan minuman dalam ukuran per porsi.
Dengan urutan penyajian pertama minuman dan camilan, sop, nasi dan lauk, dan terakhir minuman es atau makanan manis.
"Pada 'adegan' keluar es ini menjadi tanda bagi para tamu bahwa acaranya sudah rampung. Terkesan ngebut karena barisan tamu akan bubar serempak dengan konsep piring terbang ini," jelas Heri.
Lantas kapan waktunya tamu bercengkrama, layaknya sebuah pesta?
Heri menjelaskan, justru tamu bercengkerama saat menunggu makanan dan berada di luar gedung resepsi.
Konsep piring terbang ini memiliki banyak keunggulan.
Selain penyajian yang cepat, konsep ini cocok bagi para penyelenggara resepsi dengan bujet terbatas.
Selain itu makanan juga jadi tidak mubazir.
Sebab baik penyelenggara resepsi dan pihak jasa boga telah memperhitungkan jumlah yang pas untuk penyajian makanan dalam hitungan per porsi.
Sampai sekarang konsep penyajian makanan 'piring terbang' masih sering dilakukan di Solo, khususnya resepsi yang dilaksanakan di gedung.
Saat ini, tambah Heri, konsep piring terbang juga mulai berkembang di pedesaan dan para muda-mudi yang berinisiatif menjadi pramusaji di hajatan.
Wah, unik sekali konsep pernikahannya ya Sase lovers?