Wayan Sana menuturkan, Desa Penatih terpaksa batal mengikuti lomba baleganjur lantaran hampir semua penabuh keracunan.
"Jumlah penabuhnya 35 orang dan semua gak bisa ikut. Ya karena keadaan gini mereka gak mampu ikut. Padahal latihannya memakan waktu tiga bulan dan biaya sudah keluar banyak, Rp 50 juta. Mereka sangat marah dan kecewa, ya mau gimana lagi ini musibah dan enggak ada pengganti mereka," kata Wayan Sana.
Ia berharap pihak Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menjenguk anaknya yang terbaring di rumah sakit.
"Iya saya berharap mereka melihat anak saya, karena anak saya kan juga butuh dukungan," ujarnya.
Putu Wahyudi Eka Putra selaku pendamping lomba baleganjur Telung Barung Desa Pekraman Penatih juga menjadi korban.
"Iya makan nasi jinggonya itu, gejalanya sih beda-beda setiap orang. kalau saya diare, lemas sama pusing," katanya saat ditemui di kediamannya di Desa Pekraman Penatih.
Ia melukiskan peristiwa ini sebagai keracunan massal yang mengakibatkan puluhan orang dari banjar dan desa adat terkapar.
"Ada tiga banjar yang kena karena mereka kan ikut lomba juga. Ada Banjar Angabaya, Desa Adat Penatih dan Tembau Kelod," jelasnya.