Tersiksa 2 Minggu Tak Pulang & Minum Air Saja Sulit, Nyawa Para Perawat kini Berada Di Bawah Bayang-bayang Ancaman Pasien Virus Corona

By Raka, Minggu, 2 Februari 2020 | 15:15 WIB
Nyawa para perawat di bawah bayang bayang ancaman pasien virus corona (Astroboys2019 via BoredPanda)

Tersiksa 2 Minggu Tak Pulang & Minum Air Saja Sulit, Nyawa Para Perawat kini Berada Di Bawah Bayang-bayang Ancaman Pasien Virus Corona

SajianSedap.com - Para perawat di rumah sakit Wuhan sudah dua minggu tidak pulang.

Bahkan mereka untuk minum air saja sudah merasa sulit.

Kini nyawa para perawat sudah berada di bawah ancaman dari pasien virus corona.

Baca Juga: Ajaib! Tanpa Operasi, Batu Ginjal Ternyata Bisa Keluar Sendiri Hanya Dengan Konsumsi 5 Makanan Ini!

Hingga Sabtu (1/2) pukul 22.00 WIB, tercatat 12.024 orang terjangkit, 259 penderita meninggal, dan 287 pasien berhasil sembuh dari virus corona.

Wabah virus corona yang menjangkiti orang di China sejak Desember 2019 menghadirkan kisah tak hanya dari mereka yang diisolasi.

Dokter dan perawat yang menjadi ujung tombak untuk merawat para pasien juga mengalami penyiksaan hingga bekerja berlebihan.

Baca Juga: Where To Stay in Puncak: Pullman Ciawi Vimala Hills Resort, The Perfect Retreat from City Life

Diancam pasien virus corona

Seperti yang dialami oleh dokter di Wuhan, kota asal penyebaran virus corona. Dia mengaku belum pulang ke rumah selama dua pekan.

Selain itu, dia juga tengah menjalani giliran jaga malam, di mana terdapat 150 pasien tengah mengantre untuk mendapat perawatan.

Baca Juga: Tak Kalah Dengan Obat di Apotek, Makan Kencur Mentah Ternyata Bisa Sembuhkan Deretan Sakit Ini! Siap-siap Kaget!

Baca Juga: Murah dan Enak Rasanya, Ternyata Kedelai Pada Tahu dan Tempe Punya Manfaat Luar Biasa! Enggak Sangka!

Baca Juga: Kesal Karena Susah Tidur? Coba Makan Buah Kiwi dan Keajaiban Ini Akan Langsung Terjadi!

"Seluruh pasien gelisah. Beberapa orang bahkan menjadi putus asa karena harus menunggu hingga berjam-jam," ucapnya dikutip SCMP Sabtu (1/2/2020).

Dia mengaku sangat khawatir sebab dia mendengar, salah satu pengantre yang terlalu lama menunggu sudah mengatakan siap menikam tim medis.

Artikel berlanjut setelah video berikut ini.

 

"Saya begitu gelisah. Membunuh kami tidak akan mengurangi jumlah antrean, bukan?" kata dokter yang tidak disebutkan namanya itu.

Kekhawatirannya beralasan. Sebab pada Rabu (30/1/2020), dua dokter di Rumah Sakit Keempat Wuhan dilaporkan disiksa oleh salah satu keluarga pasien.

Bahkan berdasarkan laporan harian China Beijing Youth Daily, pakaian pelindung salah satu dokter itu dirobek di area yang terinfeksi.

Dokter itu melanjutkan, emosi publik menjadi labil karena rumah sakit sudah mencapai kapasitas maksimum sejak infeksi virus corona menjadi masif pada awal Januari.

Baca Juga: Enggak Nyangka, Cuma Rutin Minum Ramuan Jahe Dan Gula Merah, Deretan Hal Menakjubakan Ini Yang Akan Terjadi Pada Tubuh, Perempuan Wajib Tahu

"Banyak yang tidak mendapat tempat tidur. Namun apa yang bisa kami lakukan?" tanyanya seraya menambahkan, tim medis begitu kelelahan.

Sebab mereka bekerja tanpa henti. Bahkan di tengah malam, jam kerja mereka begitu padat. "Kami dikelilingi pasien yang terus batuk di samping kami," ungkapnya.

Pada Sabtu waktu setempat, pemerintah pusat mengumumkan bahwa virus yang berasal dari Pasar Seafood Huanan, Wuhan, itu sudah membunuh 259 orang.

Kemudian hampir 12.000 orang terinfeksi, membuat patogen dengan kode 2019-nCov itu melampaui catatan wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003.

Di Kamis (30/1/2020), Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat karena menyoroti kemungkinan virus itu menjangkiti negara dengan sistem kesehatan lemah.

Beijing menyatakan, mereka mengerahkan lebih dari 6.000 tim medis untuk membantu kolega mereka yang kelelahan, baik di Wuhan dan Provinsi Hubei.

Namun, meski 500.000 dokter dan perawat di Hubei memutuskan membatalkan libur Tahun Baru Imlek, kemampuan fasilitas medis sudah mencapai batasnya.

Dokter militer yang dikirimkan memang memberikan bantuan penting. Namun seorang sumber mengatakan, mereka masih kekurangan tenaga.

Dia menuturkan, mereka harus membagi waktu antara menjalani pemeriksaan bagi terduga pengidap dan merawat pasien positif.

"Namun dengan kehadiran kami (dokter militer) di sini, setidaknya rekan-rekan di Wuhan bisa istirahat dan tidur 1-2 jam," ujar sumber tersebut.

Belum lagi tantangan lain seperti kekurangan sejumlah peralatan penting, meski mereka sudah mendapat bantuan tambahan.

Baca Juga: Enggak Perlu Minum Obat Kalau Sakit Kepala, Coba Ramuan dari Bahan Dapur Ini! Dijamin Ampuh dan Super Murah!

Dokter di Rumah Sakit Tongji mengungkapkan, dia harus mengenakan pakaian hazmat yang sama selama 10 jam karena mereka mengalami kekurangan.

Dia menjelaskan, pakaian pelindung tersebut harus diganti setiap kali mereka masuk ke dalam zona infeksi virus corona.

"Saya mengenakan popok dewasa dan minum sedikit air selama jam jaga, sehingga saya tidak perlu ke toilet. Hal yang sama juga dirasakan teman-teman lain," paparnya.

Koran Wuhan, Yangtze Daily, melaporkan pada pekan lalu bahwa kota itu menerima 10.000 pak pakaian pelindung, 800.000 masker pernapasan N95.

Kemudian 5 juta masker sekali pakai, hingga 4.200 pasang goggle. "Pada dasarnya, persediaan telah tercukupi, dan kekurangan teratasi," ulas harian itu.

Namun dokter di Tongji itu mengaku ragu-ragu. Sebab, mereka sudah mempunyai pengalaman mengenai kualitas bantuan peralatan yang dikirimkan.

"Ada beberapa alat berkualitas rendah yang gampang pecah. Saya tak tahu siapa yang membelinya ke rumah sakit. Seakan mereka ingin membunuh tim medis," keluhnya.

Pada Kamis, unit bedah saraf di Rumah Sakit Uni Wuhan menuturkan mereka butuh banyak perlengkapan medis. Termasuk goggle dan masker N95.

Unggahan di Weibo itu sudah mencakup donasi finansial, termasuk detil rekening bank, dan nomor telepon siapa yang harus dihubungi.

Salah satu nomor telepon yang dihubungi, mengaku hanya bernama Cheng, berkata bahwa yang mereka butuhkan adalah pakaian pelindung sekali pakai.

"Tanpa baju itu, dokter tidak bisa datang melakukan kontak dengan pasien untuk merawat mereka. Jadi, pekerjaan kami sangat terpengaruh tanpanya," bebernya.

Cheng melanjutkan, mereka sudah mendapatkan banyak donasi publik setelah permohonan mereka menjadi viral. Meski begitu, kualitasnya tidak sesuai yang diharapkan.

Dengan segala keterbatasan yang mereka hadapi, dokter di Rumah Sakit Uni Wuhan masih bisa memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien.

"Bagaimana pun, tugas kami adalah melayani masyarakat," kata Cheng yang mengaku dia bekerja selama 15 sampai 16 jam dalam sehari.

Dokter lain mengungkapkan bagaimana dia sempat marah bagaimana dia melihat pimpinan rumah sakit mengenakan masker berkualitas baik.

"Saya begitu kecewa. Bos besar memakai masker bagus. Sementara kami yang berada di garda terdepan hanya mengenakan masker biasa. Apa yang bisa saya katakan?" tukasnya.

Baca Juga: Dari Lele Sampai Mujaer, Benarkah Konsumsi Ikan yang Makan Kotoran Bisa Berbahaya Untuk Tubuh?