Penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa kelelawar di gua tersebut menjadi tuan rumah berbagai virus corona yang mirip dengan wabah SARS.
Pada saat itu, wabah SARS menewaskan 774 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 di seluruh dunia.
Draft makalah ini belum ditinjau, tetapi penting untuk menguji kemampuan semua studi ilmiah baru.
Namun pada tahun 2017, ahli virologi itu menetapkan temuan kedua setelah lima tahun penelitian yang berfokus pada gua Yunnan.
Kali ini menyelidiki sampel tinja yang dikumpulkan dari populasi kelelawar.
Mereka menemukan virus corona dalam empat spesies kelelawar yang berbeda, termasuk satu virus dengan genom 96% identik dengan virus yang pertama kali ditemukan.
Virus yang ditemukan dalam kelelawar memiliki kesamaan genetik dengan virus corona tetapi berbeda dengan virus SARS.
Peter Daszak presiden EcoHealth Alliance, sebuah organisasi penelitian swasta yang bekerja sama dengan Shi di Yunnan mengatakan pada New York Times.
Peneliti sebenarnya telah memperingatkan jenis virus ini selam bertahun-tahun.
Daszak menceritakan bagaimana beberapa orang di Yunnan pada 2017 termasuk sekitar 400 orang tinggal di dekat gua kelelawar.
Studi menemukan mereka 3% membawa antibodi terhadap virus corona terkait SARS.