Mengiris Hati! Alih-alih Ingin Putuskan Mata Rantai Virus Corona, KDRT di Beberapa Negara Justru Merebak Ditengah Pandemi! Ini Buktinya
SajianSedap.com - Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), akhir-akhir ini meningkat, pasca kebijakan lockdown yang dilakukan beberapa negara akibat Virus Corona.
Kebijakan yang dibuat untuk memutus mata rantai kasus corona di belahan dunia ini, justru memicu terjadinya KDRT.
Laporan dari pihak kepolisian beberapa negara mengungkapkan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) meningkat selama pandemi virus corona.
Tingkat kekerasan disebut menjadi lebih sering, lebih parah, dan lebih membahayakan.
Marianne Hester, sosiolog dari Bristol University menyebutkan bahwa pada dasarnya risiko KDRT meningkat ketika keluarga tidak menghabiskan waktu bersama.
Baca Juga: Mercure Hotel Jakarta Kota, Lives Up To Be Stylish In A Modest Yet Luxurious Way
Baca Juga: The Legendary Nasi Campur Warung Wardani is Now Available in Bintaro! Here's What It Looks Like!
Sebut pada hari raya seperti Natal dan liburan musim panas.
United Nations (UN) pada Minggu (5/4) lalu meminta seluruh negara di dunia untuk memerangi KDRT.
KDRT Merebak
“Saya mendesak pemerintah seluruh negara untuk menempatkan keselamatan perempuan,"
"Sebagai prioritas sebagai respon pandemi ini,” tutur Sekjen UN Antonio Guterres, seperti dikutip dari New York Times, melalui Kompas.com Kamis (9/4/2020).
Saat beberapa kota besar di China mengalami lockdown, salah satu warga (sebut dia Lele, 26 tahun) asal Provinsi Anhui mengalami siksaan fisik dan psikis.
Lele kerap beradu argumen dengan suaminya.
Hingga pada 1 Maret lalu, Lele tengah menggendong bayinya yang berusia 11 tahun saat sang suami mulai memukulinya dengan kursi.
Lele tidak yakin berapa kali ia dipukuli.
Tiba-tiba ia merasa salah satu kakinya mati rasa dan jatuh ke lantai, masih menggendong bayinya.
Artikel Berlanjut Setelah Video Berikut Ini
Dampak Pandemi Corona
Kepada New York Times, Lele mengatakan suaminya melakukan tindak kekerasan selama 6 tahun pernikahan. Namun, pandemi Covid-19 membuat kondisi semakin buruk.
“Selama pandemi ini kami tidak bisa keluar rumah, dan konflik kami semakin besar dan besar dan semakin sering,” tuturnya.
Di China, sebuah LSM yang bergerak dalam melawan kekerasan terhadap perempuan telah membuka help line sejak awal Februari.
Tepat saat pemerintah melakukan lockdown di Provinsi Hubei yang merupakan episenter penyebaran virus corona.
Di Inggris, wilayah Avon dan Somerset mendapatkan laporan KDRT meningkat sebanyak 20 persen pada periode yang sama.
Di Spanyol, nomor darurat untuk KDRT menerima 18 persen lebih banyak panggilan pada dua minggu pertama lockdown.
“Kami mendapat banyak panggilan yang menyedihkan,"
"Yang menunjukkan betapa intens perlakuan buruk terhadap fisik dan psikologis ketika seseorang berada 24 jam di rumah,” tutur Ana Bella.
Minggu lalu, pihak kepolisian di Perancis melaporkan tingkat KDRT untuk seluruh wilayah negara meningkat 30 persen.
Christophe Castaner selaku Menteri Dalam Negeri Perancis telah meminta pihaknya untuk mengatasi krisis ini.
“Risikonya bertambah karena kurungan (lockdown),” tuturnya.
Judith Lewis Herman, seorang ahli trauma di Harvard University Medical School menemukan bahwa metode pemaksaan yang digunakan pelaku KDRT.
Hal ini dilakukan untuk mengontrol pasangan dan anak-anak mereka.
Hingga memiliki “kemiripan luar biasa” dengan apa yang dilakukan penculik untuk mengendalikan sanderanya.
“Metode yang digunakan ini cukup konsisten. Sementara pelaku eksploitasi politik atau seksual terorganisir dan dapat saling menginstruksikan satu sama lain"
"Dalam metode pemaksaan, pelaku pelecehan dalam rumah tangga menciptakannya kembali,” tutur Herman dalam jurnalnya.
Selain kekerasan fisik, beberapa jenis kekerasan lainnya dalam rumah tangga antara lain isolasi dari keluarga.
Pengawasan dan aturan ketat yang terperinci, serta pembatasan akses pada kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan fasilitas sanitasi.
Bagaimanapun, lockdown atau karantina wilayah serta pandemi ini akan berakhir. Namun selama masih berjalan, risiko KDRT akan terus tinggi.
Apalagi ketika berkaitan dengan masalah baru seperti PHK atau krisis finansial lainnya.
Namun warga yang mengalami KDRT diharapkan segera mencari bantuan dan melapor kepada pihak berwajib, meski pandemi belum berakhir.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Dampak Baru Covid-19, KDRT di Berbagai Negara Justru Meningkat di Tengah Wabah Corona