Waspada! Virus Corona Bisa Makin Mengganas Jika Masyarakat Masih Melakukan 3 Hal ini
Sajiansedap.com - Tak terasa sudah sebulan lebih wabah virus corona melanda Indonesia.Setiap hari jumlah pasien yang terinfeksi virus corona semakin banyak jumlahnya.Salah satu hal yang menjadi sorotan masyarakat hingga saat ini adalah terkait kapan wabah ini akan berakhir.Menyikapi hal tersebut, Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dedi Rosadi, pun mengungkapkan prediksinya.
Baca Juga: Kabar Gembira dari Lembaga Peneliti Indonesia! Terapi Plasma Darah Ampuh Atasi Virus Corona dan Akan Segera Diterapkan! Begini Hasil TemuannyaMengutip dari Kompas.com, persebaran Covid-19 di Indonesia diprediksi akan mereda di akhir Juli 2020.Prediksi yang mengacu pada data publikasi pemerintah hingga 23 April 2020 tersebut memperkirakan waktu puncak pandemi akan terjadi pada Mei 2020 dan mereda di akhir Juli 2020. Kendati demikian, prediksinya tersebut bisa sewaktu-waktu berubah menjadi lebih cepat atau lebih lambat, dengan jumlah kasus yang berkurang atau melebihi prediksi.
Menurut Dedi, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya akhir pendemi corona.Kira-kira apa sajakah itu?Faktor yang Mempengaruhi Akhir Pandemi CoronaPertama, yang bisa memengaruhi cepat atau lambatnya akhir pandemi Covid-19 ialah kondisi dan usaha untuk mengubah kecepatan penularan bahkan memutus total rantai penularan penyakit.
Baca Juga: Jadi Obat Andalan Untuk Sembuhkan Pasien Corona di Indonesia, Siapa Sangka Chloroquine Justru Banyak Memakan Korban Jiwa! Begini Kata PenelitiUsaha tersebut dapat diwujudkan melalui pengendalian yang efektif terhadap episentrum-episentrum penyebaran virus, khususnya kelompok provinsi zona merah.Jika pencegahan maksimal terhadap kemungkinan tumbuhnya klaster baru di setiap daerah dilakukan dengan baik, maka wabah bisa selesai jauh lebih cepat dengan jumlah kasus yang lebih kecil.Sebaliknya, jika pengendalian tidak berhasil dilakukan, maka prediksi berakhirnya wabah akan mundur.
Jumlah penderita akan lebih besar dari prediksi sementara juga masih mungkin terjadi.Sehingga, Dedi pun menilai keputusan larangan mudik oleh pemerintah sejak tanggal 24 April 2020 dianggap tepat, karena sejalan dengan upaya pengendalian risiko wabah.Bila larangan tersebut ditaati, diharapkan dapat menghambat tumbuhnya klaster-klaster penyebaran baru di seluruh Indonesia."Tumbuhnya klaster-klaster baru perlu dicegah agar wabah tidak mundur lebih lama ke belakang yang berakibat akhir wabah di setiap wilayah akan berbeda-beda.
Baca Juga: Babak Baru Pandemi Corona, Peneliti Sebut Ada 30 Jenis Mutasi Corona, Paling Mematikan Ternyata Ada di Negara IniAkhirnya menyebabkan perkiraan laju tambahan jumlah kasus di setiap wilayah akan berbeda-beda dan akan memengaruhi time line dan nilai akhir total prediksi nasional," jelas Prof. Dedi dalam laman resmi UGM, Sabtu (25/4/2020).Ketiga, berhubungan dengan kondisi di masa yang akan datang terkait konsistensi pengaturan pemerintah dan bagaimana tingkat kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap imbauan pemerintah tersebut.Mulai dari melaksanakan anjuran berdiam diri di rumah, menjaga kebersihan, rajin mencuci tangan, hingga physcial distancing.
Artikel Berlanjut Setelah Video di Bawah ini :
Obat Corona DitemukanSementara itu, 10 negara yang memiliki jumlah kasus terbanyak yakni AS (817.187 kasus), Spanyol (204.178 kasus), Italia (183.957 kasus), Perancis (158.050 kasus).Jerman (148.291 kasus), Inggris (129.044), Turki (95.591 kasus), Iran (84.802 kasus), China (82.758 kasus), dan Rusia (52.763 kasus).Dalam data tersebut, terlampir bahwa Argentina tidak mengalami penambahan kasus infeksi virus Corona di negaranya hingga Rabu (22/4/2020) pagi.
Baca Juga: Coba Minum Ramuan Tape dan Kurma Ala Dokter Ternama ini, Dijamin Kebal Terhadap CoronaKemudian, Afrika Selatan, Kazakhstan, Bahrain, Islandia, Slovenia, Afganistan, Ghana, dan Hong Kong.Serta beberapa negara lain juga melaporkan tidak adanya kematian baru akibat virus Corona.Amerika Serikat berhasil menemukan obat penyembuh virus Corona melalui ujicoba pemberian obat Remdesivir dan Hydroxy Chloroquine ke pasien penderita virus Corona.
Penemuan obat Corona itu disampaikan Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Pharm, PhD., Salah satu member American Collage of Clinical Pharmacology.Khusus di Amerika Serikat, telah mewabah ke seluruh penjuru negeri, meliputi 50 negara bagian, dengan episentrum covid-19 adalah New York.
Baca Juga: Tak Bisa Beli Susu untuk Anak Gara-gara Krisis Virus Corona, Wanita Ini Nekat Lakukan Ini di Kamar Mandi! Ditemukan Kakak dengan Kondisi TragisJumlah infeksi sampai dengan hari ini adalah 761,379 jiwa, dan tingkat kematian 40,419 jiwa.Dari seluruh jumlah test dengan menggunakan swab & qPCR telah mencapai lebih 4 jutaan sampel.Selanjutnya, ada 2 jenis obat yang sedang mengalami uji coba (Clinical Trials) yaitu, Remdesivir vs. Hydroxy Chloroquine.
------Bila Anda ingin dapatkan informasi lebih lengkap tentang resep masakan dan kue untuk dicoba, langsung saja berlangganan Tabloid Saji. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Artikel Telah Ditayangkan di nakita.grid.id dengan Judul, Diprediksi Berakhir di Bulan Juli, Pakar UGM Tiba-tiba Sebut Wabah Virus Corona di Indonesia Bisa Kembali ‘Mengganas’ bila Masyarakat Masih Nekat Lakukan 3 Hal Ini, Apa?