SajianSedap.com - Penjual cincau yang satu ini mungkin sekilas terlihat tidak ada yang beda dengan penjual cincau pada umumnya.
Namun, siapa sangka ia sempat digaji Rp 100 juta per bulan!
Kini ia merasakan mendapat lebih dari itu setelah menjadi mualaf.
Sebelum menjadi penjual es cincau di Sukabumi, Jawa Barat, sosok prua ini dulunya adalah seorang manajer.
Ya, pria 66 tahun bernama Hasanudin ini dulunya memanglah seorang manajer di salah satu diskotik Ibu Kota.
Namun, roda kehidupan Hasanudin telah berputar 180 derajat.
Dari yang dulunya bergaji 100 perbulan, kini Hasanudin jatuh miskin sebagai penjual es cincau.
Jadi mualaf dan berjualan cincau puluhan tahun
Melalui video yang diunggah kanal Youtube Gary Story, ia menceritakan jatuh bangun kehidupannya.
Hasanudin bercerita, awalnya semua berjalan baik dengan gaji yang dia dapatkan saat itu.
Penghasilan 100 juta perbulan bisa ia gunakan untuk apa saja, termasuk memanjakan istri dan anak.
Rumah mewah dan mobil juga sudah ia punya.
Saking bergelimangnya harta Hasanudin, banyak rekan-rekan yang datang untuk berutang.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
Alhasil, uangnya pun semakin menipis hingga ia bahkan sampai pernah menumpuk utang hingga Rp 3 miliar.
Mulai dari situ kehidupannya pun berubah.
Konflik rumah tangga mulai muncul hingga akhirnya Hasanudin dan istrinya bercerai.
Ia pun tak patah arang dan kembali membina kehidupan baru dengan seorang wanita.
Namun lagi-lagi kehidupan rumah tangganya kandas di tengah jalan setelah dia jatuh miskin.Hingga pada akhirnya, Hasanudin bertemu dengan seorang wanita muslimah yang menjadi istrinya sekarang.
Demi bisa menikahi wanita pujaan hatinya itu, Hasanudin memilih menjadi seorang mualaf di umur 43 tahun.
Setelah itu mereka memulai kehidupan baru yang sederhana di Sukabumi, Jawa Barat.
Meski jauh dari kekayaan seperti pada masa lalunya dulu sebagai manajer diskotik, namun Hasanudin mengaku senang.
Sebab dalam kehidupannya sekarang yang sederhana sebagai seorang penjual es cincau, ia mengaku lebih merasa tenang.
Pernah suatu ketika, ia dihadapkan pada kesulitan saat hendak membelikan anaknya sepatu dan membayar uang sekolah sebanyak Rp 300 ribu.
Saat itu, dagangannya tak kunjung laris hingga cincaunya mulai rusak, namun Hasanudin tetap berikhtiar.
Rezeki pun tak ke mana, tiba-tiba datang seorang pembeli yang membayarnya Rp 300 ribu untuk dua bungkus es yang dia jual.
Hasanudin pun bersyukur karena meski nilainya kecil namun Allah selalu ada ketika ia membutuhkan pertolongan.
"Saya buka uangnya pas Rp 300 ribu. Ya Allah saya sedih, Allah itu sering tolong saya."
"Allah tolong saya, saya jadi ada uang untuk beli sepatu anak. Dulu saya dapat gaji Rp 100 juta, sekarang nilainya dari itu," ucapnya.