Lihat saja deretan meja berkaki mesin jahit dengan paduan marmer di bagian atasnya.
Kursi makannya terdiri dari deretan bangku kayu panjang, hingga asesoris lesung tua yang terletak di depan meja hidang utama.
Kayu menjadi unsur paling dominan menghiasi interiornya. Suasananya sungguh lebih terasa seperti berkunjung ke rumah kerabat di pedesaan Jawa Tengah.
Sebagai aksen penguat suasana klasik, resto ini melengkapi dirinya dengan koleksi komik kuno yang boleh dibaca oleh para tamu.
Di antaranya kisah pewayangan karya komikus legendaris RA Kosasih, hingga aneka komik lainnya dari penerbit lawas yang sudah jarang ditemukan.
Cukup menyenangkan bernostalgia dengan komik ini.
Nah, kini saatnya kita intip apa saja menu yang bisa dinikmati. Anda tinggal datang ke meja utama yang terletak di tengah resto.
Di sana ada deretan panci-panci besar yang tertata berisi aneka masakan yang siap disantap. Konsepnya mirip dengan warung makan di pedesaan.
Terlihat menu nasi liwet khas Solo, selat solo, hingga bestik yang legit. Semua menu ini disajikan di atas piring bambu berlapis daun pisang.
Ada juga sajian yang lebih “ndeso”, seperti asem-asem ceker yang nikmat sekali disantap dengan nasi putih.
Baca Juga: Spesial Saji-Sedap, Tips Antigagal Membuat Bola Ubi Kopong Ala Pedagang!
Berisi 5 buah ceker ayam kampung berkuah cokelat, dengan taburan bawang goreng yang melimpah.
Boleh juga mencicipi signature dish di Resto Solo, yaitu garang asem dan mangut tongkol. Keduanya punya cita rasa gurih pedas yang sulit ditolak.
Yang kangen dengan menu gudeg juga bisa terpuaskan di sini. Gudeg yang ditawarkan tentu berkarakter Solo.
“Gudegnya basah berkuah dan rasanya tidak terlalu manis. Beda dengan gudeg Yogya yang kering dan manis,” terang Ragil, pengelola Resto Solo.