Kabar Sedih dari Mikha Tambayong, Idap Penyakit Turunan dari Sang Ibu, Dirinya Kini Harus Pantang Makan Bumbu Dapur Ini Seumur Hidup

By Siti Afifah, Sabtu, 31 Oktober 2020 | 15:30 WIB
Mikha Tambayong idap autoimun seperti sang ibu, bumbu dapur yang sering digunakan ini bisa jadi pemicunya (Instagram/Mikha Tambayong)

Makanan yang Harus Dihindari Penderita Autoimun

Beruntung, kategori autoimun yang dimiliki Mikha Tambayong masih tergolong ringan.

"Tapi ringan banget, gue juga belom ngecek letaknya di mana,

tapi gue sudah menunjukkan gejala yang sama kayak mama," terang Mikha.

Baca Juga: Nikah Lagi dengan Pria yang Beda 19 Tahun, Siapa Sangka Berat Badan Qory Sandioriva Sempat Naik 50 kg Akibat Penyakit Mematikan ini

Baca Juga: Divonis Dokter Idap Miom, Dewi Yull Justru Sembuh Total Setelah Makan Jeruk Nipis! Begni Cara Konsumsinya

Dua pemicu utama penyakit autoimun ini adalah pola makan dan stres berat.

Nah, berikut ini adalah daftar makanan yang dipercaya jadi penyebab autoimun

1. Garam

Kandungan mikroplastik dalam garam

Dilansir dari yalemedicine.org, sebuah uji pra-klinis menemukan pola makan tinggi garam meningkatkan level sel imun yang terkait dengan penyakit autoimun seperti multiple sclerosis ini.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan garam memiliki peran pada penyakit autoimun yang sebelumnya belum pernah diketahui pemicunya.

Misalnya pada diabetes tipe 1 atau multiple sclerosis.

Selain itu, seorang ahli imunobiologi dari Universitas Yale, David Hafler juga sempat melakukan penelitian mengenai garam dan multiple sclerosis.

Baca Juga: Asma Renggut Nyawa Jojon di Usia 66 Tahun, Ternyata Bumbu Dapur Ini Bisa Jadi Penyebabnya! Waspadai Mulai Sekarang

Baca Juga: Idap Meningitis Sampai Koma Selama 15 Hari, Juwita Bahar Berhasil Sembuh dan Harus Pantang Makanan Sehari-hari Ini

Hafler meneliti kaitan antara garam dan penyakit autoimun ketika ia sedang melakukan riset tentang mikroba usus, sebuah sensus mikroba usus dan fungsi sel pada 100 orang sehat.

Ia menemukan ketika orang-orang tersebut makan di restoran cepat saji lebih dari satu kali seminggu, mereka menunjukkan peningkatan level sel inflamasi yang merusak.