Misalnya bepergian menggunakan kendaraan bermotor dan jarang berjalan kaki, atau bekerja lebih banyak di dalam ruangan.
Faktor lainnya yang memicu risiko penyakit jantung adalah kelebihan berat badan atau obesitas.
Dokter Yoga menyebut, bagian perut yang besar dari laki-laki pemicu penyakit jantung koroner.
Namun hal itu bukan berarti seseorang dengan badan kurus tidak punya risiko terkena serangan jantung.
"Bisa saja badannya kurus tapi kolesterolnya tinggi, bisa jadi ada hipertensi, bisa jadi kurus karena diabetes," jelas dr. Yoga.
Menurut dr. Yoga, 30-50 persen kematian yang diakibatkan oleh serangan jantung terjadi secara mendadak.
Untuk orang-orang yang gemar berolahraga, kejadian ini banyak terjadi pada pesepeda.
"Sebetulnya, lari, tenis juga termasuk banyak. Tetapi yang secara statistik sih paling bayak pesepeda," kata dia.
Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk melakukan pre-participation screening sebelum menggeluti satu olahraga tertentu secara rutin.
Itu penting untuk mengetahui kondisi badan kita secara menyeluruh sebelum memaksanya melakukan aktivitas yang mungkin sebenarnya mengancam keselamatan, karena porsi bebannya tidak sesuai dengan kemampuan tubuh.
"Sebetulnya awal berolahraga itu harus dilakukan, selanjutnya apakah harus menjadi rutin itu tergantung dari hasil pemeriksaan awal itu," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rajin Olahraga tapi Bisa Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasannya..."