SajianSedap.com - Masih ingatkah Anda dengan sosok Markis Kido dan Adjie Masaid?
Keduanya diketahui meninggal usai berolahraga, lo.
Markis Kido meninggal pada Senin (14/06/2021) malam setelah bermain bulu tangkis.
Sedangkan, Adjie Massaid meninggal setelah bermain futsal.
Keduanya meninggal di usia yang masih sangat muda.
Namun pertanyaannya, mengapa serangan jantung bisa terjadi saat olahraga ya ?
Ternyata 1 kesalahan ini jadi penyebabnya.
Jangan Lakukan Satu Kesalahan Ini
Menjawab pertanyaan tersebut, Kompas.com menghubungi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di RS Pusat Jantung Harapan Kita, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Harkit, Sp.JP(K). Menurut dr. Yoga, salah satu hal yang bisa saja menjadi penyebab mengapa seorang yang rajin berolahraga mengalami serangan jantung fatal adalah kelalaian mereka melakukan pre-participation screening.
"Sebetulnya gini, karena mereka sebelumnya tidak melakukan Pre-participation screening, jadi screening kesehatan sebelum melakukan aktivitas fisik olahraga atau kompetisi olahraga," kata dr. Yoga, Selasa (18/2/2020) siang.
"Itu penting untuk dilakukan, karena kita merasa sehat dengan rajin olahraga itu kan belum tentu kita sehat dalam konteks yang sebenarnya," lanjutnya.
Dalam pemeriksaan awal itu, banyak hal akan dilakukan, salah satunya mengecek kesehatan jantung melalui elektrokardiogram (EKG).
Yoga menyebut, apabila kondisi tidak sehat namun dipaksakan tetap melakukan aktivitas olahraga justru bisa memicu akibat yang fatal.
"Kalau dia selama ini status kesehatannya critical, kemudian dibawa olahraga seperti itu, bisa memicu serangan (jantung)," ucap dia.
Apalagi menurutnya, seringkali penyakit jantung dimiliki seseorang tanpa terdeteksi sejak awal.
"Pada dasarnya mereka tidak tahu bahwa sebetulnya mereka sudah punya penyakit jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya," ujarnya.
Karena itu Yoga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh jika dinilai rentan terkena penyakit jantung.
Riwayat Keluarga dan Gaya Hidup
Ia menjelaskan, salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung adalah adanya riwayat keluarga yang menderita sakit serupa.
Namun, itu bukan satu-satunya indikator.
"Karena kan keturunan hanya salah satu faktor risiko, ada faktor risiko lain yaitu kolesterol, hipertensi, diabetes, merokok. Orang juga semakin dimudahkan mengonsumsi fast food," jelas dr. Yoga.
Selain itu, aktivitas masyarakat saat ini juga sudah meminimalisir gerakan fisik.
Teknologi membuat banyak aspek berubah sehingga tidak menuntut kerja fisik yang cukup banyak.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Misalnya bepergian menggunakan kendaraan bermotor dan jarang berjalan kaki, atau bekerja lebih banyak di dalam ruangan.
Faktor lainnya yang memicu risiko penyakit jantung adalah kelebihan berat badan atau obesitas.
Dokter Yoga menyebut, bagian perut yang besar dari laki-laki pemicu penyakit jantung koroner.
Namun hal itu bukan berarti seseorang dengan badan kurus tidak punya risiko terkena serangan jantung.
"Bisa saja badannya kurus tapi kolesterolnya tinggi, bisa jadi ada hipertensi, bisa jadi kurus karena diabetes," jelas dr. Yoga.
Menurut dr. Yoga, 30-50 persen kematian yang diakibatkan oleh serangan jantung terjadi secara mendadak.
Untuk orang-orang yang gemar berolahraga, kejadian ini banyak terjadi pada pesepeda.
"Sebetulnya, lari, tenis juga termasuk banyak. Tetapi yang secara statistik sih paling bayak pesepeda," kata dia.
Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk melakukan pre-participation screening sebelum menggeluti satu olahraga tertentu secara rutin.
Itu penting untuk mengetahui kondisi badan kita secara menyeluruh sebelum memaksanya melakukan aktivitas yang mungkin sebenarnya mengancam keselamatan, karena porsi bebannya tidak sesuai dengan kemampuan tubuh.
"Sebetulnya awal berolahraga itu harus dilakukan, selanjutnya apakah harus menjadi rutin itu tergantung dari hasil pemeriksaan awal itu," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rajin Olahraga tapi Bisa Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasannya..."